Mohon tunggu...
Iskandar
Iskandar Mohon Tunggu... Lainnya - Pengawas

Pengawas SMP Kabupaten Jeneponto Alumni Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

9 Maret 2024   16:12 Diperbarui: 9 Maret 2024   16:15 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu. Pembelajaran berdiferensiasi  dapat juga diartikan sebagai serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut terkait dengan:

  1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi dan memastikan setiap murid di kelasnya menyadari bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses  belajar.
  2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas dan dipahami oleh murid.
  3. Penilaian berkelanjutan, yakni menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan atau sebaliknya.
  4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Guru menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut dengan menggunakan sumber belajar yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  5. Manajemen kelas yang efektif dengan menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas tetapi struktur yang jelas agar kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Selanjutnya, Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom  mengategorikan kebutuhan belajar murid, berdasarkan 3 aspek, yakni kesiapan belajar (readiness) murid, minat murid, dan profil belajar murid. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.

Selanjutnya, Aspek minat. Seperti halnya orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Ada murid yang minatnya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat menjadi salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat 'terlibat aktif' dalam proses pembelajaran. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk menghubungkan murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.

Aspek terakhir adalah profil belajar. Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu, profil belajar juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar sebagai upaya memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.

Selain hal tersebut, untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi hal yang tidak kalah penting adalah seorang guru juga harus mampu berkolaborasi dengan guru-guru lain, terutama dalam hal mengidentifikasi minat murid, kesiapan belajar, dan profil belajar murid. Dengan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan yang bersumber dari aset yang dimiliki di lingkungan kita, perubahan baik akan dapat terwujud di lingkungan sekolah. Demikian halnya dengan pembelajaran berdiferensiasi akan mudah terlaksana.

Guru yang mampu menjalankan peran dan menguasai nilai-nilai sebagai acuan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya akan mampu mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelasnya. Terwujudnya pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan oleh guru merupakan penjabaran dari kemerdekaan dalam belajar sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Menurut KHD Pembalajaran yang baik adalah pembelajaran yang membentuk manusia agar berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaan dan mampu menghargai kemanusiaan setiap orang sehingga mereka dapat berlaku mandiri dan dewasa dalam menjalankan kehidupan di masyarakat. Melalui pembelajaran yang memerdekakan, diharapkan lahirnya Murid  yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila yang meliputi  1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Tentu saja, proses ini membutuhkan peran dan dedikasi dari para guru di dalam kelas-kelas yang mereka ampu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun