Di sela-sela trade war yang terus berlanjut antara Amerika dan China memang memberikan dampak yang luar biasa diberbagai negara dan kalangan, tak terkecuali di Indonesia, hal ini membuat kita sebagai masyarakat yang memiliki sikap konsumtif harus bisa mencari celah 'keuntungan' agar terhindar dari krisis moneter.
Harga dollar yang kian melonjak membuat kebanyakan orang berbondong-bondong menginvestasikan uangnya dengan berbagai cara agar tidak mengalami krisis moneter, salah satunya dengan cara investasi emas. Kini baik generasi tua ataupun generasi milenial sudah mulai sadar akan pentingnya menabung, Â emas pun menjadi salah satu solusi yang dirasa cukup efisien.
Sebagai informasi dalam 5 tahun terakhir kinerja penjualan dan laba emiten pertambangan logam PT Aneka Tambang Tbk. (ANTAM) cenderung meningkat.
Dilansir dari data literatur yang penulis dapat hingga pada 2018, anak usaha PT Inalum (Persero) itu telah mengantongi sekitar Rp. 25,24 triliun dan laba bersih sebesar Rp.874,43 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas emas kian meningkat.
Apalagi pada saat momentum Ramadhan seperti ini peningkatan transaksi jual-beli perhiasan emas di kalangan masyarakat cukup tinggi, ini ditandai dengan mendekatinya perayaan lebaran yang mana untuk memenuhi kebutuhan saat lebaran tiba. Menurut data literatur yang penulis dapat lonjakan jual-beli emas meningkat sebesar 10%-30% dari hari biasanya.
Hal ini dirasa cukup memberi dampak positif untuk berinvestasi emas walaupun sifatnya masih fluktual akan tetapi menabung emas adalah investasi yang cukup menjanjikan.