Mohon tunggu...
Alfitriandes Miter
Alfitriandes Miter Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka mencoba sesuatu yg kira-kira berguna. Selama ini hanya membaca, membaca dan ... membaca. Ngga tau juga apakah ini waktunya menulis, coba dulu aja. Siapa tau b.e.r.g.u.n.a.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pamulang: Sayang Teroris Itu Telah Mati

9 Maret 2010   17:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:31 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bak air sekali pasang sekali surut, pedagang juga kadang untung kadang buntung, agaknya demikian pula halnya apresiasi publik terhadap kinerja insitusi kepolisian negara ini, Polri. Seakan masih segar dalam ingatan kita ketika bom teroris meledakkan hotel Ritz Carlton dan JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Juli 2009 lalu, yang mana minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya adalah rentetan prestasi diukir oleh jajaran polisi terkait pengungkapan teroris di tanah air.

Maaf kalau tidak semuanya urut, tapi paling tidak yang masih teringat adalah mulai terungkapnya identitas si “penganten” pelaku bunuh diri itu, kemudian penggerebekan di Jatiasih, Bekasi dan Temanggung, Jateng (Agustus 09). Lalu penggerebekan di Solo (September 09), penggerebekan Ciputat-Tangerang (Oktober’09). Decak kagum dan angkat jempolpun bertubi-tubi dialamatkan kepada institusi polri atas prestasinya menumpas teroris saat itu.

Namun pada bulan-bulan setelah itu, profesionalitas dan kinerja polisi kembali mendapat ujian terkait munculnya “drama” kriminalisasi KPK yang populer dengan tag cicak-buaya itu. Ditambah lagi dengan diputarnya oleh MK rekaman pembicaraan telepon yang menghebohkan itu, yang mana Trunojoyo (alamat Mabes Polri) disebut-sebut dalam rekaman tsb. Seketika wajah polri berubah “suram” di mata publik, sukses-sukses memberantas teroris sebelumnya pun lantas terlupakan, lenyap dimakan cicak dan buaya.

Siang tadi, Selasa 9 Maret 2010, tepuk tangan kembali bergema buat institusi yang bermarkas di Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan ini. Salah satu kesatuannya yang khusus untuk menumpas teroris (Densus-88) kembali memuntahkan timah panasnya di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan-Banten. Diberitakan 3 orang tewas dalam penyergapan itu, satu diantaranya adalah perempuan.

Terlepas dari siapa sesungguhnya ketiga jenazah yang sedang di identifikasi oleh polisi itu, ada satu hal yang sedikit disayangkan ditengah kesuksesan polisi di Pamulang itu. Yaitu telah tewasnya ketiga orang yang diduga sebagai teroris itu. Andaikan saja mereka dapat dilumpuhkan dan di tangkap dalam keadaan hidup, tentu akan sangat berharga bagi pengembangan dan pengusutan seluruh jaringan teroris itu lebih jauh lagi. Mungkin betul bahwa si tersangka melakukan perlawanan ketika penyergapan berlangsung, bahkan disebutkan ia menggunakan senjata api jenis pistol. Namun mengingat perbandingan jumlah anggota Densus-88 (yang juga bersenjata dan pelindung lengkap) dengan satu orang target yang didalam toko itu, rasanya tidaklah berlebihan jika ada yang berharap, mestinya tetap ada peluang untuk melumpuhkan target tsb, dalam arti tidak mematikannya.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan tidak bermaksud merendahkan keterampilan para prajurit polri, namun dari beberapa penggerebekan yang berujung pada kematian di tempat para tersangka, patut dibuatkan pertanyaan misalnya, “ bagaimana caranya agar penggerebekan tersangka atau anggota teroris tidak berakhir dengan kematian tersangka”. Soal siapa yang mau menjawab terserah saja, syukur-syukur dijawab oleh yang berkompeten.

Harus diakui bahwa keberhasilan polisi menyergap para teroris adalah suatu prestasi yang patut di apresiasi, hanya sayang…, mereka, teroris itu telah mati. Kematiannya kini meninggalkan perkerjaan berikutnya yang tak kalah penting, yaitu mengungkap dan membuktikan siapa sesungguhnya identitas jezah-jenazah itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun