Mohon tunggu...
puspalmira
puspalmira Mohon Tunggu... Freelancer - A wild mathematician

Invisible and invincible IG: almirassanti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Insiden 'Surabaya Membara', Peringatan untuk Selalu Berpikir dan Menggunakan Ilmu Pengetahuan

10 November 2018   01:58 Diperbarui: 10 November 2018   02:06 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest.com oleh Bell

Sejak sekitar pukul delapan malam, warga Surabaya digegarkan oleh insiden peringatan hari pahlawan yang memakan korban. Drama kolosal yang melibatkan ratusan aktor dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu memang merupakan acara tahunan yang diselenggarakan untuk memperingati perjuangan arek-arek Suroboyo 73 tahun silam. 

Digelar di Jalan Pahlawan, drama kolosal bertajuk "Surabaya Membara" ini disambut dengan sangat meriah oleh warga Surabaya. Antusiasme yang terkesan di luar dugaan itu terlihat dari kuantitas pengunjung yang melebihi daya tampung penonton. Yang membuat gegar, pertunjukan seni ini merenggut 3 korban jiwa dan 7 korban luka-luka.

Mendengar insiden ini, penulis (saya) teringat kembali pada pengalaman pribadi saat menonton konser dalam rangka perayaan ulang tahun Jawa Timur, Jatim Fair, di Surabaya. Sebagai acara puncak, Jatim Fair menghadirkan salah satu band legendaris Indonesia, sebut saja Sheila On 7. Bermodalkan rasa keingintahuan tentang suasana konser (juga kesukaan terhadap band ini), saya terdorong untuk menghadiri konser tersebut. Sebagai gambaran umum, konser ini digelar di halaman parkir Grand City Mall Surabaya. Tempatnya terbuka, namun terbatas.

Singkat cerita, saya tidak kebagian tempat meskipun sudah berada di lokasi sejak pukul satu siang. Acara tersebut dimulai pukul delapan malam dan loket pembelian tiket dibuka pukul tiga sore. Antusiasme penonton tidak terbendung. Area yang disediakan tidak sebanding dengan jumlah tiket yang dijual. Bahkan, tidak sedikit pula jumlah penonton kelas VIP yang tidak bisa masuk. 

Kondisi pada kelas reguler tentu lebih parah lagi. Penuhnya bukan sekadar penuh, melainkan benar-benar tanpa sela. Yang sudah berada di dalam pun tidak bisa bergerak keluar. Alih-alih berlompatan mengikuti irama musik, bergeser sedikit saja pasti menginjak seseorang di dekatnya.

Saya dan ribuan pengunjung lain harus legawa dengan hanya menonton aksi Bang Duta melalui layar tancap. Yang ada dalam pikiran saya saat itu adalah, "Masak iya panitia tidak memperkirakan ledakan penonton yang pasti akan terjadi malam itu?" 

Konser ini telah berlangsung selama empat hari dengan bintang tamu berbeda. Jika melihat dari jumlah pengunjung sebelumnya serta betapa fenomenalnya bintang tamu saat ini, panitia penyelenggara seharusnya sudah bisa memperkirakan. Apalagi konser Sheila On 7 bertepatan dengan hari Minggu sementara konser untuk bintang tamu lainnya digelar pada hari sebelumnya termasuk hari kerja. 

Melihat kondisi tersebut, pikiran saya sempat bermain-main. Apabila variabel bebasnya adalah waktu penyelenggaraan dan popularitas bintang tamu, jumlah ledakan penonton mungkin bisa diramalkan oleh grafik eksponensial.

Oh tapi tidak! Tidak serumit itu, sungguh. Perkiraan ini sudah jelas bisa diramalkan berdasarkan asumsi-asumsi sederhana. Saya dan semua orang pun pasti percaya bahwa sesungguhnya panitia telah menduga adanya ledakan tersebut. Buktinya, lihat saja berapa jumlah tiket yang mereka cetak.

 Jika kuota yang tersedia memang hanya sekian penonton, tentu tiket yang dijual hanyalah sejumlah itu. Tetapi nyatanya tidak. Panitia mencetak sebanyak-banyaknya tiket dan menjual habis semuanya.

Baiklah, semua itu sah-sah saja. Panitia berhak menjual berapapun tiket yang mereka mau. Akan tetapi, setidaknya mereka juga memikirkan solusi terbaik untuk mengatasi dampak negatifnya. Contohnya saja dengan membongkar stan-stan pedagang di sekitar area konser. Pikiran negatif saya, panitia tidak mau kehilangan keuntungan dengan membongkar tenda-tenda stan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun