Indonesia menjadi penyumbang sampah ke-2 terbanyak di dunia, tentunya hal ini bukan sebuah penghargaan yang patut dibanggakan. Dapat dibayangkan dengan jumlah penduduk dunia yang sekarang mencapai miliyaran pasti juga dalam aktivitasnya menghasilkan banyak sampah serta polusi dimana mana. Salah satu sampah yang menjadi perhatian adalah sampah plastik.
Banyak cara dalam mengelola sampah plastik agar tidak berdampak terhadap ekosistem. Pengelolaan tersebut bisa dalam bentuk mendaur ulang sampah, dan pembentukan komunitas bank sampah. Salah satu proses daur ulang yang ramah lingkungan serta tidak menghabiskan biaya tinggi adalah ecobrick. Ecobrick ialah produk pemanfaatan sampah plastik ramah lingkungan yang dijadikan sebagai barang berguna seperti kursi atau meja.
Seperti yang dilakukan mahasiswa KKN RDR UIN Walisongo, Almah Wiladatika yang bekerjasama dengan Bank Sampah Resik Becik Kelurahan Krobokan Semarang Barat untuk mengajak warga membuat ecobrick untuk mendaur ulang sampah plastik.
Almah mengajak ibu-ibu PKK di RT 04 RW 07 Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang melatih cara membuat ecobrick. Dengan pelatihan ini diharapkan masyarakat Kelurahan Krobokan Semarang Barat dapat mengelompokkan jenis sampah, dan dapat mendaur ulang sampah kususnya sampah plastik.
“Pembuatan ecobrick untuk mendaur ulang sampah merupakan solusi yang mudah, murah dan dapat dilakukan oleh ibu-ibu dirumah untuk mengatasi sampah plastic yang menumpuk.” Ujarnya, Kamis (12/11).
Salah satu peserta pelatihan, Eka Hastuti mengaku senang bisa mendapatkan pelatihan mendaur ulang sampah plastik menjadi ecobrick.”Pelatihan ini memberikan saya ilmu bahwa sampah harus dikelompokkan sebelum dibuang, dan juga cara mendaur ulang sampah plastik kemasan minuman dan kantong plastik kususnya.”