Mohon tunggu...
Allifia Fatika Putri
Allifia Fatika Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi

Suka hal-hal yang berbau alam, kepribadian, pendidikan, sosial, dan sejarah. Dalam proses belajar menulis, semoga bermanfaat! :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Berbeda Bukan Berarti Salah: Keindahan Sudut Pandang Anak Autisme pada Dunia

17 November 2022   21:10 Diperbarui: 17 November 2022   21:30 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : dekoruma.com

Kata 'autis' mungkin tidak asing terdengar di lingkungan kita. Terkadang kata istilah 'autis' ini digunakan sebagai ejekan bagi orang-orang yang terkesan memiliki perbedaan seperti anti-sosial dan memiliki perilaku yang berbeda pada umumnya. 

Namun sebenarnya, kita tidak bisa menganggap atau menilai seseorang yang cenderung memiliki perilaku yang berbeda dan anti sosial itu 'autis', apalagi sebagai bahan candaan. 

Lantas ada apa sih dengan anak autis sesungguhnya? mengapa seringkali istilah 'autis' ini sangat mudah dilontarkan sebagai bahan candaan atau sebagai hanya pandangan pribadi saja? apakah salah jika anak autis sesungguhnya memiliki perilaku yang berbeda bahkan cara berpikir yang berbeda dari anak pada umumnya?

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan suatu gangguan saraf  atau gangguan dalam perkembangan otak yang dapat mempengaruhi cara anak dalam hal berperilaku, berkomunikasi, dan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Terdapat gejala umum pada anak autisme sendiri. 

Namun perlu diketahui bahwa tingkat keparahan dari gejala tersebut bebrbeda-beda bagi anak autisme. Gejala yang pertama yakni anak autisme cenderung dalam hal keterampilan sosial itu kurang. Anak yang memnyandang autisme biasanya mereka tidak nyaman berada dalam lingkungan yang ramai.

Anak autism juag ketika disuruh atau dipanggil namnaya cenderung tidak merespon serta kesulitan dalam memahami perasaan orang lain dan kurang bisa mengekspresikan emosi nya.

Kedua, anak autism memiliki kekurangan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak yang memnyadang autism seringkali mengalami kesulitan dalam memahami maksud atau tujuan komunikasi orang lain, selain itu anak yang telah menyandang autisme saat masih kecil cenderung jarang berbicara bahkan tidak berbicara sama sekali.

Ketiga, anak autism memiliki gangguan dalam berperilaku, sehingga menimbulkan perilaku yang sifatnya mengulang-ulang dan terbatas, misalnya dalam tindakan yang bersifat repetitive seperti mengayunkan tangan atau mengibas-ngibaskan tangan dan sering mengatakan hal yang sama dengan berulang-ulang kali. 

Dalam gejala ini tingkat keparahan anak berbeda-beda serta level nya tidak semua sama. Adapun level tingkatan autisme dibagi menjadi tiga. Pertama, autisme dalam level ringan. Di mana pada level ini gejala-gejala yang dialami anak autism tidak begitu mempengaruhi dalam kehidupan sehari-harinya. 

Kedua, autism level sedang. Anak autisme pada level ini menunjukan gejala yang lebih berat jika dibandingkan level sebelumnya, dan pada umumnya dalam hal komunikasi dan interaksi, anak tersebut cenderung tidak menunjukkan kontak mata kepada lawan bicaranya serta kurang bisa mengekspresikan emosi yang dirasakan. Terakhir, yang ketiga adalah level berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun