Mohon tunggu...
ALL EGO
ALL EGO Mohon Tunggu... Freelancer - Real

OFFICIAL

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Masyarakat terhadap Pandemi Covid-19

8 Desember 2020   01:43 Diperbarui: 8 Desember 2020   02:13 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dunia hari ini dikagetkan oleh munculnya virus yang berbahaya dan memiliki resiko kematian lebih tinggi. Virus tersebut mucul pada akhir desember 2019 tepatnya dikota Wuhan,Provinsi Hubei Tiongkok. Namun data terlapor pada saat itu adalah kasus pneumonia misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dari hari ke hari jumlah kasus tersebut bertambah, dan pada akhirnya sampel isolat dari pasien diteliti menunjukan adanya infeki corona virus jenis beta coronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel coronavirus, dan nama penyakitnya sebagai corona virus disease 2019 (COVID-19). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata- rata 5-6 hari dengan masa inkubasi 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal dan bahkan kematian. Gejala klinis yang nampak adalah demam dan kesulitan bernapas.

Di tengah wabah COVID-19, muncul satu fenomena sosial yang berpotensi memperparah situasi, yakni stigma sosial atau asosiasi negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang yang mengalami gejala atau menyandang penyakit tertentu. Mereka diberikan label, stereotip, didiskriminasi, diperlakukan berbeda, dan/atau mengalami pelecehan status karena terasosiasi dengan sebuah penyakit.

Koronavirus diyakini menyebabkan 15--30% dari semua pilek pada orang dewasa dan anak-anak. Koronavirus menyebabkan pilek dengan gejala utama seperti demam dan sakit tenggorokan akibat pembengkakan adenoid, terutama pada musim dingin dan awal musim semi. Koronavirus dapat menyebabkan pneumonia, baik pneumonia virus langsung atau pneumonia bakterial sekunder, dan dapat menyebabkan bronkitis, baik bronkitis virus langsung atau bronkitis bakterial sekunder. Koronavirus manusia yang ditemukan pada tahun 2003, SARS-CoV, yang menyebabkan sindrom pernafasan akut berat (SARS), memiliki patogenesis yang unik karena menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Belum ada vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi koronavirus manusia (PDPI 2020).

Sebagai penyakit baru, banyak yang belum diketahui tentang pandemi COVID19. Terlebih manusia cenderung takut pada sesuatu yang belum diketahui dan lebih mudah menghubungkan rasa takut pada "kelompok yang berbeda/lain". Inilah yang menyebabkan munculnya stigma sosial dan diskriminasi terhadap etnis tertentu dan juga orang yang dianggap mempunyai hubungan dengan virus ini. Perasaan bingung, cemas, dan takut yang kita rasakan dapat di- pahami, tapi bukan berarti kita boleh berprasangka buruk pada penderita, perawat, keluarga, ataupun mereka yang tidak sakit tapi memiliki gejala yang mirip dengan COVID-19. Jika terus terpelihara di masyarakat, stigma sosial dapat membuat orang-orang menyembunyikan sakitnya supaya tidak didiskriminasi, mencegah mereka mencari bantuan kesehatan dengan segera, dan membuat mereka tidak menjalankan perilaku hidup yang sehat.

Daripada menunjukkan stigma sosial, alangkah lebih bijak jika kita berkontribusi secara sosial, yaitu dengan:

1.         membangun rasa percaya pada layanan dan saran kesehatan yang bisa diandalkan

2.         menunjukkan empati terhadap mereka yang terdampak

3.         memahami wabah itu sendiri

4.         melakukan upaya yang praktis dan efektif sehingga orang bisa menjaga keselamatan diri dan orang yang mereka cintai.

Rumah sakit, lembaga penelitian, universitas, dan institusi lainnya dapat meluruskan hoaks dengan fakta-fakta. Stigma sosial bisa terjadi akibat kurangnya pengetahuan tentang COVID-19 (bagaimana penyakit ditularkan dan diobati, dan cara mencegah infeksi). Yang paling penting untuk dilakukan adalah penyebaran informasi yang akurat dan sesuai  dengan komunitas tentang daerah yang terkena, kerentanan individu dan kelompok terhadap COVID-19, opsi perawatan, dan di mana masyarakat dapat mengakses perawatan dan informasi kesehatan. Gunakan          bahasa sederhana        dan      hindari istilah   klinis.

Berawal stigma lalu menyalahkan orang lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun