Bekerja di daerah terpencil seringkali menjadi dilema, disatu sisi kebutuhan keluarga harus dipenuhi, disisi lain sulitnya transportasi antar wilayah menjadi kendala. Masalah sulitnya transportasi, pasti tidak hanya terjadi di pedalaman Kalimantan Tengah, daerah lainnya di Indonesia bisa dipastikan mengalami hal yang sama. Â Setali tiga uang.
Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa teman melakukan perjalanan ke beberapa desa di Kalimantan Tengah, khususnya desa yang berada disepanjang sungai Katingan (dibagian hulu Kecamatan Katingan Hulu/terletak di Kabupaten Katingan) dan sungai Seruyan yang terletak di Kabupaten Seruyan. Â Jangan menghayal perjalanan bisa dilalui dengan mudah. Transportasi satu-satu yang bisa digunakan hanya melalui air. Â Kami menggunakan kendaraan yang oleh penduduk setempat dinamakan kelotok (di Kaltim disebut ketinting, tidak sama persis tetapi cara kerjanya hampir sama) saya tidak tahu asal muasal mengapa di sebut kelotok, mungkin karena suara mesin yang terdengar berbunyi tok-tok-tok dalam tempo yang sangat cepat.
[caption id="attachment_415150" align="aligncenter" width="474" caption="Beginilah Kondisi Sungai di Daerah Penghuluan Sungai  Seruyan Kalimantan Tengah dalam normal (tidak sedang pasang naik dan tidak dalam kondisi pasang surut parah | Dok. Pribadi"][/caption]
Gambar pertama diatas, memperlihatkan kondisi air sungai Seruyan dalam kondisi normal. cabang dan ranting kayu serta batu-batu yang muncul dipermukaan sungai merupakan pemandangan yang lazim. Â Jika kondisi air sangat surut, dibeberapa tempat penumpang kelotok harus turun, kelotok ditarik secara manual, setelah berada pada kondisi air yang cukup dalam, mesin dinyalakan, penumpang dinaikan, perjalanan dilanjutkan. Â Kondisi seperti ini bukan hanya satu atau dua tempat, bisa banyak tempat tergantung jauh dekatnya perjalanan yang harus ditempuh.
Jika kondisi air banjir besar, umumnya para motoris/jurumudi (orang yang bertugas mengendalikan kelotok seperti supir pada mobil), tidak berani melakukan perjalanan, karena badan sungai hampir tertutup oleh ujung-ujung pohon serta air yang sangat deras, dan resiko kelotok karam menjadi sangat tinggi.
[caption id="attachment_415251" align="aligncenter" width="468" caption="Saat melakukan perjalan ke Desa Tumbang Taberau, Kecamatan Seruyan Hulu, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, sempat berlintasan dengan kendaraan lainnya. Â Perhatikan muatannya, tidak lebih dari 5 (lima) orang | Dok. Pribadi"]
Kelotok yang terdapat di gunakan penduduk sepanjang sungai seruyan (bagian hulu Kecamatan Tumbang Manjul), umumnya kecil-kecil, Â yang pernah saya tumpangi, paling besar hanya mampu mengangkut 5-7 orang penumpang dengan barang bawaan tidak terlalu banyak, jika bawaan terlalu banyak, jumlah penumpang terpaksa harus dikurangi.
[caption id="attachment_415156" align="aligncenter" width="474" caption="Kelotok kecil seperti ini maksimal hanya mampu memuat 4 (empat) orang penumpang dengan barang bawaan tidak terlalu banyak, pada musim kemarau panjang, hanya kelotok jenis ini yang bisa digunakan | Dok. Pribadi"]

Bahkan saya mendapati ada kelotok yang lebih kecil dan hanya sanggup memuat maksimal 4 (empat) orang penumpang. Â Pembuatan kelotok yang kecil seperti ini bukanya tanpa alasan. Â Disaat musim kemarau panjang, hanya kelotok kecil dengan muatan sedikit inilah yang bisa melakukan perjalanan, kelotok yang lebih besar terpaksa diistirahatkan karena air sungai sangat dangkal dan tak mungkin dilalui.
[caption id="attachment_415157" align="aligncenter" width="474" caption="Turun di Dermaga Batu - Tumbang Taberau, Seruyan Hulu, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah | Dok. Pribadi"]

Gambar diatas ketika saya dan rombongan singgah di Desa Tumbang Taberau, perhatikan dasar sungai yang kelihatan dengan jelas, selain airnya jernih, sungai memang dangkal.