Mohon tunggu...
ALIANSI DI BAWAH POHON
ALIANSI DI BAWAH POHON Mohon Tunggu... Seniman - Seni dan Petualangan

kolektif yang berfokus pada telaah sosial-lingkungan & kebudayaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mabuk Perjalanan: Ketika Sensoris Bertentangan dalam Perjalanan Manusia

20 April 2024   22:14 Diperbarui: 20 April 2024   22:19 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mabuk perjalanan bukanlah sekadar kesenangan ringan yang diabaikan. Ini adalah pertempuran internal yang kompleks antara sensoris tubuh manusia dan sistem saraf pusat yang bisa mengubah perjalanan menjadi pengalaman yang tak menyenangkan. Ketika kita berada dalam kendaraan yang bergerak, mata kita melihat lingkungan sekitar bergerak, sementara telinga dalam kita tidak mendeteksi gerakan yang sama. Konflik antara apa yang dilihat mata dan dirasakan oleh sistem vestibular dalam telinga dalam dapat membingungkan otak dan memicu gejala mual dan muntah. Faktor tambahan seperti perubahan posisi yang cepat atau aroma yang tidak menyenangkan dalam kendaraan juga dapat memperburuk gejala. Dengan demikian, mabuk perjalanan bukan hanya tentang menantang medan yang berliku atau laut yang bergelombang, tetapi juga tentang menghadapi kompleksitas internal tubuh manusia.

Foto : Ali Yanto 
Foto : Ali Yanto 

Mengatasi Mabuk Perjalanan Menghadapi Konflik Sensoris

Mabuk perjalanan bukanlah sekadar gangguan kecil yang bisa diabaikan. Bagi sebagian orang, itu bisa mengubah perjalanan yang diantisipasi menjadi pengalaman yang tak terlupakan, tetapi tidak dalam arti yang menyenangkan. Di balik gejala fisik seperti mual dan muntah terdapat konflik sensoris yang kompleks dalam tubuh manusia yang mempengaruhi cara kita merasakan dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Saat kita berada di dalam kendaraan yang bergerak, mata kita terbiasa melihat lingkungan sekitar bergerak. Namun, telinga dalam kita, yang bertanggung jawab atas keseimbangan tubuh, tidak mendeteksi gerakan yang sama. Ini adalah awal dari konflik sensoris yang menyebabkan mabuk perjalanan. Ketika apa yang dilihat mata bertentangan dengan apa yang dirasakan oleh sistem vestibular dalam telinga, otak kita memproses informasi yang bertentangan tersebut. Akibatnya, respons fisik seperti mual dan muntah mungkin muncul sebagai upaya tubuh untuk melindungi diri dari apa yang dianggapnya sebagai bahaya potensial.

Untuk mengatasi mabuk perjalanan, ada beberapa strategi yang bisa dicoba. Salah satunya adalah duduk di bagian kendaraan yang lebih stabil, seperti di tengah atau dekat jendela, untuk mengurangi sensasi mual. Selain itu, fokus pada titik tetap di luar kendaraan, seperti pemandangan di kejauhan, dapat membantu meredakan konflik sensoris antara mata dan telinga dalam. Hindari juga aktivitas yang membutuhkan fokus mata, seperti membaca atau menggunakan perangkat elektronik, karena ini dapat memperburuk gejala.

Selain itu, menjaga ventilasi yang baik di dalam kendaraan dan menghindari makanan berat atau berbau kuat sebelum perjalanan juga dapat membantu mengurangi risiko mual dan muntah. Teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau mendengarkan musik yang menenangkan juga bisa menjadi alat yang berguna untuk meredakan stres dan ketegangan yang dapat memperburuk gejala mabuk perjalanan.

Bagi beberapa orang, penggunaan obat-obatan seperti antihistamin atau obat anti-mabuk perjalanan sebelum perjalanan dapat menjadi pilihan. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan tersebut, terutama jika ada kondisi kesehatan yang mendasari atau obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi.

Dengan mencoba berbagai strategi ini, diharapkan kita bisa mengurangi atau bahkan mengatasi gejala mabuk perjalanan dan menikmati perjalanan dengan lebih nyaman. Mabuk perjalanan bukanlah hukuman yang harus ditanggung selama perjalanan; dengan pemahaman tentang konflik sensoris yang mendasarinya dan upaya untuk mengatasinya, kita bisa meminimalkan dampaknya dan menikmati perjalanan tanpa hambatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun