Martinus membalikkan logika dunia: bahwa membagi berarti menggandakan, bahwa menurunkan diri berarti ditinggikan, bahwa melayani justru adalah bentuk tertinggi dari memimpin. Ia membuktikan bahwa kepemimpinan sejati tak lahir dari strategi rumit, tetapi dari empati yang tulus dan tindakan yang nyata.
Di era modern, ketika pemimpin berlomba mencari pengikut dan membangun kekuasaan, Martinus mengajarkan kita untuk menciptakan pemimpin baru dan membangun warisan abadi. Separuh jubahnya mungkin tampak kecil, tetapi dari situlah dimulai gerakan besar yang mengguncang sejarah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI