Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah membawa dampak yang sangat serius terhadap kondisi perekonomian secara global. Beberapa negara tampak sudah memasuki resesi dengan pertumbuhan di bawah nol persen alias minus. V
irus ini seperti hantu mengerikan, tak terlihat namun mampu meluluh-lantahkan hampir semua sektor kehidupan, mulai dari perdagangan, transportasi, pariwisata, jasa dan pendidikan. Jumlah penderita positif serta korban yang meninggal mencapai angka yang sangat tinggi dan terus meningkat tanpa ada tanda-tanda kapan badai ini berlalu.
Indonesia pun tidak luput dari krisis akibat pandemik ini, sejak diumumkan secara resmi oleh pemerintah sekitar bulan Maret dan sekarang angka penderita yang positif sudah mencapai 100 ribu jiwa.Â
Periode kedua dari pemerintahan Joko Widodo beserta jajaran kabinetnya pasti tidak pernah menyangka akan datangnya malapetaka yang berdampak pada semua rencana, program dan pembangunan yang telah maupun akan dilaksanakan ke depannya.Â
Tidak ada masa bulan madu buat para menteri di kabinet Indonesia Maju. Hanya berkisar beberapa bulan setelah pelantikan, Â mereka kemudian harus bekerja extra dalam situasi dan kondisi yang tidak normal kalau bisa dikatakan krisis.Â
Pandemi yang awalnya dianggap biasa dan tidak akan menimbulkan multiple efek terhadap hampir semua sektor akhirnya menjadi bola salju yang entah kapan ujungnya. Tentu tidak mudah bagi pemerintah Indonesia dalam mengambil langkah langkah yang paling tepat untuk menyelamatkan rakyat Indonesia maupun menjaga kondisi perekonomi agar tetap stabil, mengingat hampir semua negara termasuk negara maju mengalami hal yang sama.
Beberapa kebijakan dan upaya telah dilakukan Pemerintah guna meminimalkan dampak dari pandemik Covid-19. Sekali lagi ini tidak mudah apalagi ditambah dengan kondisi perpolitikan Indonesia yang masih terus menghangat pasca pemilihan presiden setahun sebelumnya. Pro kontra atas kebijakan yang diambil serta keributan-keributan yang sebenarnya tidak perlu masih terus terjadi dan cukup menyita perhatian dan fokus pemerintah dalam menangani dampak yang ada.Â
Ditambah koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah yang kadang tidak sinkron. Bangsa Indonesia seperti menjadi terbelah dalam menghadapi kondisi krisis ini. Belum lagi penyebaran berita palsu terkait politik, sara dan lain lain yang masih marak seakan akan menjadi penabuh genderang yang tidak beraturan memperkeruh suasana dan membingungkan masyarakat awam. Untuk berita terkait kasus artis HH dan VS saya kira tidak bisa dikategorikan dalam hal ini. Cukuplah sebagai bumbu penyedap.
Dalam jajaran kabinet Indonesia Maju, beberapa menteri senior terlihat bekerja dengan baik, taktis, terkordinasi serta memiliki sense of crisis, namun beberapa pula yang belum menunjukkan kinerjanya bahkan tidak terlihat, sedang apa, lagi di mana, bersama siapa dan sedang apa?Â
Beberapa menteri baru yang terpilih dari kalangan profesional yang awalnya diharapkan menjadi perwakilan generasi muda yang inovatif dan kreatif seperti tampak gelagapan menghadapi situasi terkini. Pun demikian beberapa menteri perwakilan dari Partai terlihat masih bekerja biasa-biasa saja tanpa menunjukkan terobosan dalam menghadapi krisis.
Ini tidak bisa dipungkiri. Pengalaman, ide cemerlang, terobosan dan inovasi yang ada di kepala saat diminta kesediaan untuk menjadi pembantu Presiden sekonyong-konyong hilang ketika badai Covid-19 melanda. Di sektor kesehatan misalnya, terlihat kemudian bagaimana kondisi sebenarnya dari fasilitas dan layanan kesehatan di daerah-daerah terpencil yang sudah berpuluh tahun masih tertinggal dan tidak siap dalam menghadapi kondisi kritis dan massive.Â