Mereka memilih tempat duduk yang kosong. Kedai itu terbuka, tanpa atap. Seorang lelaki tengah sibuk melayani pesanan, dan di belakangnya, ada lelaki lain yang lebih muda yang sedang menjaga api dalam tungku yang di atasnya ditaruh wadah-wadah logam. Entah itu air yang sedang dipanaskan, atau mungkin makanan yang sedang dimasak.
Kedai itu ternyata menjual minuman hangat, roti yang dibakar di dalam tungku tanah, dan juga daging yang dipanggang, dan irisannya digabungkan dengan roti itu. Soso dan Pak Leta meminta dua gelas minuman panas itu juga roti yang dibubuhi irisan daging. Paduan roti dan daging itu lumayan enak juga, meski bumbunya agak-agak aneh, sedikit pedas tapi membuat mata yang sudah mengantuk langsung melek.
Sementara minumannya yang disajikan hangat, pada dasarnya adalah susu, tapi entah dicampur apa sehingga terasa sedikit beraroma bunga dan agak pedas seperti rotinya tadi, dan manis. Lumayan enak, hangatnya langsung masuk ke dalam perut dalam udara malam yang mulai dingin dan berangin.
"Apa nama minuman ini, Pak?" tanya Soso pada seorang lelaki yang duduk di sebelahnya dengan bahasa Rusia.
"Sahlep!"[1] jawab lelaki itu, pendek. Lalu menatap Soso, "Dari mana?"
 "Poti!" jawab Soso.
 "Ooh. Rusia?"
 Soso menggeleng, "Georgia!"
 "Apa yang kau lakukan di sini?"
 "Saya menemani juragan saya..." jawab Soso.
 "Pedagang?"