"Tuan Nikoladze itu sebetulnya orang yang agak-agak pelit, susah berurusan dengannya, kecuali orang yang memiliki urusan tertentu yang dianggap penting!"
Soso menggeleng, "Mana saya tahu Pak. Kan Bapak sendiri tahu, saya hanya ketemu dia sekali, dulu. Dan langsung diterima olehnya..."
"Terus, ada perlu apa kau datang ke sini lagi?"
Soso agak ragu untuk menceritakannya, tapi mau tak mau harus ada yang dikatakan padanya tanpa harus membuka semuanya. "Saya mengajukan magang..." jawab Soso, akhirnya, teringat kata-kata yang disampaikan oleh Tuan Nikoladze tadi.
"Memangnya sekolah seminari ada magang juga, seperti yang sekolah administrasi?"
Soso menggeleng, "Nggak juga sih Pak, cuma kan sekarang libur, jadi kan tak ada salahnya mengisi waktu dengan hal yang lebih bermanfaat ketimbang di rumah terus!"
Pak Didi mengangguk-angguk, alasan yang disampaikan Soso nampaknya masuk akal baginya. "Ya sudah kalau begitu. Sana, istirahatlah, besok kau kan harus ikut aku!"
*****
Pada hari pertama 'magang' di Kantor Walikota Poti itu Soso diajak Tuan Nikoladze dan rombongannya meninjau lahan yang rencananya di situ akan dibangun Gereja Poti.[1] Tugas Soso adalah membuat catatan dari perbincangannya dengan orang-orang itu. Tuan Nikoladze memintanya menulis dalam huruf Rusia, karena ia melakukan perbincangan juga dengan bahasa Rusia, kelihatannya ada dua atau tiga orang dari rombongan itu yang memang orang Rusia. Siapa dia dan jabatannya apa, Soso tak tahu. Ia hanya membuat catatan terpisah mengenai Si A atau Si B, dan ciri-cirinya seperti apa, untuk memudahkannya nanti.
Ada satu orang yang menarik perhatian Soso, orang Rusia dengan rambut berombak belah samping, berkacamata bulat kecil, dengan jas hitam dan sebuah dasi. Orang itu membawa gambar bangunan dan menjelaskan ini itu kepada Tuan Nikoladze. Sesekali orang di sebelahnya membantu menjelaskan.
Soso hanya mendengar Tuan Nikoladze menyebutnya sebagai 'Tuan Zelenko,'[2] orangnya masih sangat muda, antara 25-30 tahunan, tapi terlihat sangat cerdas. Ia berbicara tentang bangunan yang seluruhnya beton. Sementara orang di sebelahnya[3] yang jauh lebih tua, berbicara tentang ornamen gereja nantinya termasuk bahan-bahan yang katanya akan diambil dari pegunungan Trabzon.[4]