Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Terus Terang, Philips Makin Terang

1 Februari 2021   11:25 Diperbarui: 1 Februari 2021   11:39 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Tahun 2016, seorang pemuda kelahiran Bolton 21 Maret 1997 meninggalkan akademi sepakbola Bolton. Ia diterima sebagai calon mahasiswa University of North Carolina at Charlotte di Amerika sana. Ia bimbang, antara meneruskan karir sepakbola mengikuti bapaknya, Jimmy Philips, seorang bek yang besar di klub kampung halamannya, Bolton Wanderers, atau berkarir di bidang lain. Setelah pensiun, Jimmy dipercaya menjadi pelatih di Bolton Academy.

Tapi bukannya terbang ke Amerika dan jadi mahasiswa, pemuda ini, Nathaniel Philips, malah belok ke Liverpool, lalu mendaftar bergabung dengan akademi Liverpool. Ia kepincut dengan kedatangan Jurgen Klopp ke klub Merseyside itu. Berharap bisa bertemu, selfie, sukur diangkat jadi anak, anak asuh maksudnya.

Dan gayung pun baru bersambut dua tahun kemudian. 2018 Klopp memanggilnya ke dalam pasukannya. Bukan pasukan inti, hanya pasukan cadangan saja. Tapi Philips tak berkecil hati. Apalagi melihat si Merah mulai dipenuhi bintang dan prestasinya makin menanjak.

Saat Liverpool menuju Madrid untuk bertanding di partai final UEFA Champions League lawan Tottenham Spurs --setelah tahun sebelumnya gagal di Kyev karena takluk dari Real Madrid, Philips diajak ke sana. Ia girang luar biasa. Tapi ia tahu, kesempatan untuk bermain nyaris mustahil. Ada banyak pemain bek tengah Liverpool saat itu; Virgil van Dijk, Joel Matip, Dejan Lovren, dan juga Joe Gomez.

Dan bener saja, namanya bahkan tak masuk daftar cadangan. Van Dijk dan Matip yang bertugas, sementara Lovren dan Gomez menunggu giliran. Tak apa, setidaknya ia ikut merasakan atmosfir pertandingan sebesar itu. Dan akhirnya, ikutlah merayakannya meski tak menyumbang tenaga, sekadar jadi penggenap saat latihan internal.

Pulang dari sana, Philips disodori kontrak oleh Liverpool. Tentu saja dengan senang hati ia segera menandatanganinya. Sayang, pasukan Klopp saat itu sedang berlimpah bek tengah. Selain empat nama senior tadi, ada juga nama Ki Jan Hoever yang juga berposisi sama dengannya.

Philips pun disuruh sekolah dulu oleh Klopp. Ia terbang ke Jerman untuk bergabung dengan VfB Stuttgart yang saat itu bermain di kasta kedua Bundesliga. Lumayan lah, di sana, ia lumayan banyak diberi kesempatan untuk bermain di laga resmi. Tercatat 19 kali ia merumput di sana.

Tengah musim, Liverpool mulai krisis bek, padahal posisi mereka sedang bagus di liga. Ia dipanggil pulang. Senang bukan kepalang. Apalagi tak lama kemudian, dia dimainkan Klopp melawan seteru sekotanya, Everton di laga FA Cup. Menang pula. Tapi habis itu, Klopp berubah pikiran. Ia mengembalikan lagi Phillips ke Stuttgart hingga akhir musim. Tak sempatlah ia ikut perayaan juara Liverpool yang sudah ditunggu 30 tahun itu.

Awal musim ini, Philips kembali ke Anfield. Meski salah satu bek tengah Liverpool hengkang, Dejan Lovren, harapan Philips untuk bermain tampaknya kecil. Masuk pula nama Rhys Williams yang lebih muda darinya. Rhys malah lebih beruntung, didaftarkan Klopp di Liga Champions.

Tapi badai cedera yang menimpa bek-bek Liverpool, mulai dari Van Dijk yang akan absen lama, disusul dengan Joe Gomez, Matip pun kambuh-kambuhan sampai harus menarik Fabinho ke belakang, membuka peluang bagi Philips. Dan kesempatan itupun tiba. 31 Oktober 2020, Klopp secara mengejutkan menurunkannya di laga lawan West Ham. Padahal, Rhys Williams baru saja tampil gemilang lawan Ajax di Liga Champions.

Philips tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bersama Joel Matip, ia membendung serangan anak-anak asuh David Moyes. Mereka memang kebobolan, tapi akhirnya Si Merah menang 2-1. Setelah itu, penampilan apik Fabinho sebagai bek dadakan membuat jatah mainnya kembali menguap. Sesekali saja ia menjadi pemain pengganti.

Menjadi pengganti pun tak disia-siakannya. Saat melawan Spurs beberapa hari sebelumnya, Matip cedera di tengah laga. Philips masuk menggantikannya. Ia berduet dengan Jordan Henderson, dan cukup solid, hanya kebobolan sebuah gol keras dari Piere-Emile Hojbjerg dari luar kotak penalti, setelah Firmino dan Alexander-Arnold bikin gol sebelumnya, dan ditutup oleh gol Mane kemudian.

Sampai tadi malam, Liverpool kembali lagi bersua dengan West Ham, kali ini melawat ke London Stadium, kandang The Hammers. Matip absen. Fabinho juga. Tak ada seorang pun bek tengah senior yang tersedia.

Philips pun melanjutkan duetnya dengan sang kapten, Jordan Henderson yang juga beberapa kali manjadi bek tengah dadakan. Pertandingan itu menjadi ke-12 kalinya Liverpool menaruh pasangan bek tengah yang berbeda di musim ini!

Lawan mereka, tengah di atas angin. Di klasemen, The Hammers ada di bawah The Reds, terpaut dua angka. Belum lagi, West Ham memenangkan lima pertandingan terakhir, dan berhasrat menambahnya di kandang. Sementara Liverpool, hanya bermodal semangat setelah mengalahkan Spurs di kandangnya sendiri. Materi pemain? Bubar... Mane pun menambah daftar cedera di menit-menit jelang laga.

Tapi Philips membayar kepercayaan Klopp itu --meski mungkin terpaksa-- dengan tampil apik. Dipandu sang kapten yang berada di sampingnya, mereka bahu membahu menghalau serangan-serangan West Ham, dari darat, laut, dan udara... babak pertama, aman...

Lalu datanglah gol indah dari Salah berkat umpan Curtis Jones yang baru beberapa detik dimainkan menggantikan James Milner. Sebuah tendangan sudut untuk West Ham malah berujung dengan serangan balik mematikan. Salah bikin gol lagi lewat umpan Shaqiri. Lalu masuknya Firmino juga berujung dengan asis untuk Wijnaldum. Sayangnya, di ujung laga, Philips luput menyundul sepakan pojok. Bola pun langsung dihajar Craig Dawson. Clean sheet pun gagal.

Meski demikian, itu bukanlah cela yang harus disesali. Philips sudah tampil gemilang. Kalau saja Salah tak bikin dua gol indah, gelar man of the match layak disematkan kepadanya.

Minggu depan, Liverpool harus berhadapan dengan pemimpin klasemen, Manchester City. Sejauh ini, belum ada bek tengah Liverpool yang tersedia. Matip masih diragukan, bek 'dadakan' lainnya, Fabinho, juga begitu. Jika demikian, ada peluang bagi Philips untuk kembali tampil, mungkin dengan sang kapten lagi.

Andai itu terjadi, sudah saatnya bagi Philips untuk menunjukkan kapasitasnya. Buat Klopp makin yakin dengannya. Tak apa ia hanya bermain di liga, sementara di Eropa masih belum didaftarkan juga. Philips harus belajar dari Trent Alexander-Arnold, pemain yang lebih muda darinya tapi memiliki jam terbang yang jauh lebih banyak. Arnold juga dulu sepertinya, 'terpaksa' dimainkan Klopp karena Nathaniel Clyne cedera panjang, dan pada akhirnya, Clyne malah tak pernah kembali lagi ke posisinya itu, karena Arnold sudah mengambil alihnya secara permanen.

Jikapun Van Dijk nanti kembali, dan sulit baginya untuk mengambil jatah itu, masih ada jatah Joe Gomez yang angin-anginan, atau jatahnya Matip yang kambuhan. Biarlah Fabinho kembali ke khittahnya sebagai pemain tengah.

Catatannya, Philips harus terus memancarkan cahayanya lebih terang lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun