"Bapak sering melihatnya?" tanya Soso.
"Yaa hampir tiap hari lah.. dia kan yang mengelola. Rumahnya juga nggak jauh dari pabrik..." jawabnya. "Eh sudah mau siang, aku harus berangkat kerja..."
"Iya Pak, makasih ceritanya, siapa tahu saya nanti punya kesempatan melihat bidadari Batumi itu!" kata Soso.
Pak Kelbakiani hanya tertawa.
*****
Si Vaso belum bangun juga sampai-sampai Soso harus sarapan keluarga Kelbakiani tanpa dia. Melihat Pak Kelbakiani sudah bersiap untuk berangkat kerja, Soso jadi kepikiran untuk ikut. Ada dorongan dalam dirinya untuk melihat Natasha. Ya, hanya melihat. Ia tak ingin menemuinya; sebuah dorongan yang sangat sulit untuk dihindarinya.
Soso menyampaikan hal itu setelah sarapan usai.
"Ya sudah ikut aja Nak Koba," kata ibunya, "Si Vaso tuh dasarnya emang kebluk, apalagi dingin begini. Nggak tau apa di asrama dia sering kesiangan atau tidak?"
Soso tertawa, "Enggak lah kalau di asrama Bu. Mungkin dia masih kecapekan..."
"Ayo kalau mau ikut," kata Pak Kelbakiani, "Tapi mungkin kita jalan kaki, susah nyari kereta kalau cuaca begini. Ambilkan penutup kepala punya kakakmu, Leno..." ia melirik adiknya si Vaso. Anak itu berlari ke kamar si Vaso dan keluar dengan sebuah topi dengan bagian depan yang lebar, lalu memberikannya kepada Soso.
"Tolong sampaikan pada Vaso, tidak usah menyusul saya, nanti saya pulang sendiri..." kata Soso pada ibunya si Vaso. Setelah itu ia segera menyusul Pak Kelbakiani yang sudah jalan duluan.