Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Catatan 90s: (7) Suara Cempreng, Maksa Jadi Penyiar Radio

18 Januari 2021   11:41 Diperbarui: 18 Januari 2021   11:44 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Andy Leung (pixabay.com)

Sayangnya, karena desakan pasar, dan katanya persoalan kepemilikan, radio itu tutup, mau pindah ke jalur FM dengan mengambil segmen yang berbeda. Karir penyiar saya hampir tamat.

Teman cewek tadi menawarkan posisi lain, di radio FM baru yang mengusung lagu-lagu dangdut. Duh, kok malah pindah aliran? Tapi saya terima. Dua bulan siaran sama dia --karena satu induk manajemen, teman saya itu juga dipinjamkan sementara selama siara percobaan. Sayangnya, ketika akan siaran beneran, saya digusur. Datang rombongan penyiar lagu dangdut lawas yang bedol desa dari radio AM lain yang bangkrut. Saya tahu, suara cempreng saya lagi-lagi pasti penyebabnya. Kalaupun dua bulan itu dibiarkan cuap-cuap, yak arena siaran percobaan, daripada kosong...

Karir penyiar radio saya mandek. Saya sakit hati, tapi lama-lama ya sadar diri, hehe... Saya kembali ke habitat awal, fotografi dan pers kampus.

Sampai akhirnya tahun 1999, saya bergabung dengan sebuah LSM kajian media. Saat itu, setelah reformasi, banyak proyek-proyek demokratisasi media dengan pendanaan dari luar negeri, USAID, AUS-AID, DFID, dan lain-lain. Duitnya menggelontor. Meski belum lulus kuliah yang tinggal skripsi saja itu, saya diterima di LSM itu, namanya Lembaga Studi Informasi dan Media Massa (eLSIM). Gajinya lumayan besar untuk ukuran waktu itu, apalagi untuk mahasiswa.

Bersama seorang kawan, adik kelas di kampus, saya jadi tulang punggung di situ. Bagian analisis dan kajian media; kegiatan utama LSM itu selain penyelenggaraan berbagai workshop jurnalisme untuk para wartawan. Uang yang cukup berlimpah kemudian dialihkan oleh para petinggi LSM untuk membangun sebuah radio berita. Ini terinspirasi oleh Radio Utan Kayu yang didirikan sejawat LSM lain yang satu jaringan di Jakarta, yaitu ISAI (Institut Studi Arus Informasi).

Karena dasarnya suka, dan merasa punya pengalaman, saya ikut cawe-cawe di radio itu, termasuk membuatkan logonya, Radio Independen, namanya. Jingle radio juga saya buat, yang isi suaranya adalah Rosa yang 'memelesetkan' lagu Tegar miliknya yang sedang hits. Saya merekamnya lewat saluran telepon. Diotak-atik dikit, hasilnya mantep.

Masa percobaan, ikutan siaran juga. Malah keasyikan. Sampai akhirnya 'diusir' oleh bos. "Jangko siaran, urus saja kajian media!" Saya maklum. Mungkin si Bos juga sakit kupingnya denger suara saya. Lagipula, kegiatan memang lagi banyak-banyaknya, kerjaan lagi numpuk-numpuknya. Sementara saya malah haha hehe cuap-cuap nggak jelas...

Ya sudah, tamatlah sudah 'karir' sebagai penyiar radio saya. Habis itu, tak pernah mau nyoba lagi. Tapi setidaknya saya sudah pernah merasakannya meski bukan sebagai penyiar profesional. Pernah punya penggemar juga meski emak-emak, hehe...

Yaah setidaknya saya belajar satu hal, bercita-cita memang boleh, tapi kadang juga harus tahu batasan. Ibarat mau jadi tentara tapi tinggi badan aja nggak nyampe, mendingan urung saja, namanya melawan takdir. Mau jadi penyiar radio tapi suara cempreng, mendingan mundur, kasian pendengar. Masih banyak profesi lain yang mungkin lebih cocok, dan mungkin malah lebih dinikmati nantinya.

Buktinya, setelah menjadi dosen, hobi cuap-cuap dan nyerocos itu ada gunanya juga, tinggal masukan materi aja. Pendengarnya ada juga meski hanya beberapa puluh orang; itupun kadang sambil terkantuk-kantuk, padahal saya tak memutarkan lagu pengantar tidur! Jangan-jangan, suara saya bukan cempreng, tapi lebih cocok jadi pengantar tidur...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun