Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Beda Komunikasi, Iklan, Kampanye, PR, Dakwah, dan Propaganda

17 Desember 2020   17:09 Diperbarui: 17 Desember 2020   17:12 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah lain yang menyempal dari propaganda adalah Public Relations (PR), yang berkaitan dengan relasi organisasi/perusahaan dengan publik. Di sini memang susah menjadikan publik itu sebagai bagian dari KITA (perusahaan/organisasi). Tapi PR bekerja agar publik tidak merasa menjadi MEREKA sehingga berseberangan posisi. Caranya, adalah dengan mengganti KITA dengan menggunakan kata KAMI agar terasa lebih dekat, meski sebetulnya tetap takkan bisa disatukan.

Terus yang mana propaganda itu? Propaganda memang bernasib tragis. Ia seperti ibu yang ditinggalkan anak-anaknya. Semua 'anak' tak mau mengakuinya, padahal sifat mereka sama saja dengan sang ibu. Gara-garanya ya karena si ibu pernah 'berbuat dosa' terutama di zaman perang dunia kedua itu. Mendadak saja iklan, kampanye, dakwah, PR, tak mau mengakui hubungan darah mereka dengan propaganda. Segala usaha yang kotor dituduhkan sebagai propaganda; misalnya menjelek-jelekan pihak lain, pasti disebutnya propaganda. Padahal, dalam iklan, kampanye, PR, bahkan dakwah pun hal itu tetap ada.

Komunikasi, dan segala jenis turunannya, propaganda, iklan, PR, kampanye, juga dakwah, pada dasarnya adalah entitas NETRAL. Mereka hanyalah alat, layaknya sebuah pisau. Pekerjaan apapun yang dibantu oleh pisau itu, bukan ditentukan oleh dirinya sendiri, tapi oleh pemakainya. Belati tidak selalu menjadi pembunuh, dia bisa juga dipakai memotong kue. Sebaliknya, pisau kue pun bisa digunakan untuk membunuh.

Terus bagaimana bisa propaganda bisa bernasib seburuk itu? Nanti lah kita lanjutkan ceritanya. Jawaban untuk penanya tadi cukup sampai di situ dulu. Lagipula, saya harus meneruskan dongeng "STALIN" saya, jadi silakan mampir untuk baca-baca (yang ini iklan tulisan saya ya, bukan sedang kampanye dukung Stalin, propaganda ideologi Stalin, atau sedang berdakwah agamanya Stalin).

Salam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun