Mohon tunggu...
Alipir Budiman
Alipir Budiman Mohon Tunggu... Guru - hanya ingin menuliskannya

Bekerja sebagai pendidik di MTs Negeri 1 Banjar (dahulu namanya MTs Negeri 2 Gambut) Kabupaten Banjar, Kalsel. Prinsip saya: Long Life Education. Gak pandang tuanya, yang penting masih mau belajar, menimba ilmu. Gak peduli siapa gurunya, yang penting bisa memberi manfaat dan kebaikan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merasa Rugi dengan Keuntungan Orang Lain (1)

18 April 2020   09:11 Diperbarui: 18 April 2020   09:35 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kok bisa sih ada orang yang merasa rugi dengan keuntungan orang lain? Tentu saja bisa, dan banyak sekali kejadian seperti ini.

Beberapa kali terjadi, SPBU sering kehabisan stok BBM, terutama Bensin. Kalaupun datang, jumlahnya sedikit, dan hanya ada pada jam-jam tertentu. Kalau kita ingin mendapatkan bensin dengan harga Rp. 6.400,00 per liter, berarti kita harus ke SPBU, dan itupun harus dengan mengantri.

Sementara di luaran, di pinggir jalan, bensin banyak dijual orang, dengan harga Rp. 8.000,00 per liter. Tak perduli di SPBU kehabisan bensin atau tidak, di pinggir tetap dijual dengan harga Rp. 8.000,00 tersebut.

Ada orang yang merasa rugi bila harus membeli bensin di pinggir jalan, karena selisih harganya per liter Rp. 1.600,- dan kalau membeli biasanya 2 liter, sehingga selisih harganya menjadi Rp. 3.200,-. Kalau dalam sebulan dia membeli bensin sebanyak 10 kali, maka selisihnya dalam sebulan akan menjadi Rp. 32.000,- Bagaimana kalau setahun? Tentu akan menjadi Rp. 384.000,- Oh, banyak betul.

Karenanya, bagi orang tersebut "anti" berbelanja bensin di pinggir jalan, karena harus menderita kerugian sebanyak itu. Kalau pada saat pasokan bensin di SPBU normal, mungkin dia akan mencari SPBU terdekat. Tapi, pada saat pasokan kurang lancer, dia akan mencari bensin dari SPBU yang satu ke SPBU yang lain. Bahkan harus menempuh perjalanan 15 -- 20 km pulang pergi untuk mengejar bensin dengan harga Rp. 6.400,00 di SPBU, dan demi menghindari kerugian Rp. 1.300,- per liter.

Sebenarnya baik sih, menghemat pengeluaran. Tapi kalau terbersit dalam pikiran merasa "rugi", nah itu salah. Mereka, para penjual bensin di pinggir jalan, adalah para pejuang dalam rumah tangganya. Mereka juga bekerja untuk menghidupi diri, anak, dan istrinya. Mereka berjuang mencari rezeki yang halal. Apa yang ingin kita lakukan terhadap anak istri kita, mereka juga ingin melakukan hal yang sama.

Pada intinya, kita sama-sama berjuang. Bila kita tidak merasa rugi, maka kita bisa singgah di SPBU terdekat atau membeli bensin di pinggir jalan walau dengan harga yang lebih mahal. Daripada kita harus menempuh perjalanan jauh, hanya untuk mendapatkan harga normal. Berilah kepada mereka yang berjuang mendapatkan rezeki yang halal, daripada kita memvisualisasikan kepelitan kita di hadapan orang.

Sungguh, Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Rezeki yang kita pertahankan atau kita perhitungkan untung ruginya juga adalah pemberian Allah. Maka, saatnya kita gunakan untuk kebaikan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun