Saya pernah melihat pusat kota yang megah, dikelilingi gedung yang indah dan besar, mall yang besar serta jalan raya yang banyak kendaraan kendaraan yang canggih dan modern, melihat itu saya merasakan betapa majunya pembangunan kota ini.
Namun di sisi lain saya juga melihat ada deretan pedagang kecil yang tetap berjualan saat cuaca tidak mendukung, para pekerja serabutan, bahkan saya juga pernah melihat anak kecil di lampu merah menjadi manusia silver di bawah terik matahari. Melihat perbedaan antara kedua realita saya jadi menyadari bahwa kesenjangan itu masih ada disekitar kita, tidak semua orang merasakan manfaat yang sama. Beberapa dari mereka hanya bisa menjadi penonton dari gemerlap gaya hidup konsumtif yang hanya dirasakan kelompok tertentu.
Ada daerah yang makin maju karena dekat dengan pembangunan, sementara daerah lain masih tertinggal jauh, sebagian menikmati peluang kerja sebagian lagi kesusuhan mencari kerja dan sulit memenuhi kebutuhannya sehari hari. Pertumbuhan ekonomi memanglah penting tetapi lebih penting lagi memastikan hasilnya bisa dirasakan oleh semua orang, bukan hanya sebagian atau beberapa.
Jika dibiarkan ketimpangan semacam ini bisa membuat rasa frustasi sosial muncul. Pertumbuhan ekonomi harusnya diiringi dengan pemerataan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan kesempatan kesempatan lainnya yang tidak bisa mereka rasakan. Hanya dengan cara itu, pembangunan benar benar bisa menghadirkan keadilan sosial.
Maka disinilah peran sosiologi itu penting, ia bukan sekedar ilmu akademik tetapi alat baca kritis untuk memahami sturktur sosial, relasi kuasa dan sumber daya yang membentuk pengalaman hidup masyarakat. Sosiologi mengingatkan bahwa pembangunan bukan hanya soal pertumbuhan, melainkan juga soal keadilan. Dengan pemikiran kritis kita bisa melihat siapa yang diuntungkan dan siapa yang tertinggal serta bagaimana kebijakan publik untuk mengatasi kesenjangan ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI