Oleh : Ali Mutaufiq
Abstrak
Generasi Z dan Milenial menghadapi tantangan besar dalam era digital dan globalisasi, mulai dari krisis identitas, tekanan sosial, hingga kesehatan mental. Ketangguhan pribadi (resiliensi), pemahaman terhadap diri sendiri (self-awareness), dan kemampuan menjalin hubungan sosial (social awareness) menjadi keterampilan utama untuk bertahan dan berkembang. Artikel ini membahas pentingnya refleksi diri dan relasi sosial sebagai fondasi membentuk ketangguhan generasi muda, dilengkapi dengan data dan pendapat para ahli psikologi, sosiologi, dan pendidikan. Hasil studi menunjukkan bahwa individu dengan tingkat self-awareness dan empati yang tinggi memiliki kecenderungan lebih baik dalam menghadapi tekanan hidup dan menjalin interaksi sosial yang sehat.
Kata Kunci: Generasi Z, Milenial, Ketangguhan, Refleksi Diri, Relasi Sosial, Self-Awareness, Social-Awareness
1. Pendahuluan
Generasi Milenial (lahir 1981--1996) dan Generasi Z (lahir setelah 1997) hidup dalam era yang sarat dengan perubahan teknologi, disrupsi informasi, dan tantangan sosial-budaya. Mereka mengalami tekanan yang kompleks mulai dari standar kesuksesan di media sosial hingga ketidakpastian karier dan relasi interpersonal. Oleh karena itu, menjadi generasi yang tangguh (resilient generation) adalah keniscayaan.
Menurut Papalia et al. (2008), resiliensi adalah kemampuan individu untuk menghadapi tekanan, mengatasi hambatan, dan tetap berkembang secara positif meskipun dalam kondisi sulit. Dalam konteks Gen Z dan Milenial, resiliensi sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman diri dan kemampuan menjalin relasi sosial.
2. Refleksi Diri dan Self-Awareness pada Generasi Muda
Self-awareness adalah kesadaran individu terhadap pikiran, perasaan, motivasi, dan perilaku diri sendiri. Menurut Daniel Goleman (1995) dalam bukunya Emotional Intelligence, self-awareness adalah komponen inti dari kecerdasan emosional (emotional intelligence), yang menentukan kemampuan seseorang dalam memahami dan mengelola dirinya sendiri.
Studi oleh Brown & Ryan (2003) menunjukkan bahwa individu dengan tingkat refleksi diri yang tinggi cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik, lebih mampu mengelola stres, dan lebih sadar terhadap nilai dan tujuan hidupnya.