Mohon tunggu...
Ali Mutaufiq
Ali Mutaufiq Mohon Tunggu... DOSEN/ KONSULTAN

Menulis Artikel kehidupan dan Umum serta religi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ma'rifat sebagai kunci Pencerahan jiwa dalam Perspektif Maqashid Syariah

15 Februari 2025   06:37 Diperbarui: 15 Februari 2025   06:37 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ali Mutaufiq

Pendahuluan

Dalam kehidupan umat Islam, pencarian akan pencerahan jiwa tidak terlepas dari usaha untuk mengenal Allah (ma'rifatullah). Ma'rifat sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai pengetahuan atau pemahaman yang mendalam tentang Allah yang mengarah pada kesadaran akan hakikat diri dan dunia. Di dalam kerangka Maqashid Syariah, yaitu tujuan-tujuan dasar yang ingin dicapai oleh syariat Islam, ma'rifat bukan hanya berfungsi sebagai jalan untuk mengenal Tuhan, tetapi juga sebagai kunci bagi pencapaian kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

Ma'rifat dalam Perspektif Maqashid Syariah

Maqashid Syariah merujuk pada tujuan utama yang hendak dicapai oleh syariat Islam, yaitu untuk melindungi dan memelihara agama (hifz al-din), jiwa (hifz al-nafs), akal (hifz al-aql), keturunan (hifz al-nasl), dan harta (hifz al-mal). Dalam hal ini, ma'rifat memiliki peran penting dalam mencapai kelima tujuan tersebut.

  1. Hifz al-Din (Menjaga Agama): Ma'rifatullah atau pengenalan yang mendalam tentang Allah menjadi dasar utama dalam menjaga agama. Tanpa ma'rifat yang benar, seseorang tidak akan bisa memahami hakikat ajaran agama dengan baik dan benar. Sehingga, ma'rifat menjadi kunci bagi seseorang untuk menjalani hidup sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
  2. Hifz al-Nafs (Menjaga Jiwa): Ma'rifat membawa seseorang kepada pencerahan jiwa, menjauhkan diri dari kejahatan dan godaan hawa nafsu. Sebagai contoh, pengetahuan yang dalam tentang Allah akan membuat seseorang sadar akan tanggung jawabnya sebagai hamba, menjaga jiwa dari perbuatan dosa, serta hidup dengan penuh ketakwaan.
  3. Hifz al-Aql (Menjaga Akal): Ma'rifat juga melibatkan penggunaan akal yang jernih untuk memahami ajaran-ajaran Allah. Ajaran-ajaran agama, termasuk dalam hal akhlak dan etika, akan lebih mudah dipahami apabila seseorang memiliki pengetahuan yang mendalam (ma'rifat) tentang tujuan hidup dan alam semesta ciptaan Allah.
  4. Hifz al-Nasl (Menjaga Keturunan): Dengan ma'rifat yang benar, individu akan lebih menghargai peran keluarga dan keturunan, menjaga akhlak dan pendidikan anak-anaknya dalam rangka mewariskan nilai-nilai agama yang benar.
  5. Hifz al-Mal (Menjaga Harta): Ma'rifat juga mendorong seseorang untuk memanfaatkan hartanya dengan cara yang sesuai dengan syariat, yaitu dalam konteks zakat, sedekah, dan amal kebaikan lainnya.

Pendapat Para Ulama tentang Ma'rifat

Berbagai ulama dan pemikir Islam sepanjang sejarah menyatakan bahwa ma'rifat adalah puncak dari pengetahuan spiritual. Ibn al-Qayyim Al-Jawziyya dalam karyanya Madarij al-Salikin menegaskan bahwa ma'rifatullah merupakan puncak dari pencapaian spiritual yang lebih tinggi daripada sekadar ilmu pengetahuan agama. Ia menyebutkan bahwa ma'rifat membawa seseorang pada ketulusan hati, kesadaran penuh terhadap kebesaran Allah, dan pembersihan jiwa dari kekotoran duniawi.

Sementara itu, Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya' Ulum al-Din menyatakan bahwa ma'rifat adalah pengenalan yang melampaui pengetahuan teoretis semata. Ia mengajarkan bahwa ma'rifat dapat dicapai melalui berbagai tahap, mulai dari pembelajaran akidah yang benar hingga praktik ibadah yang tulus.

Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Ma'rifat

Al-Qur'an banyak sekali memberikan petunjuk tentang pentingnya ma'rifat dan pengenalan diri terhadap Allah. Beberapa ayat yang berkaitan dengan hal ini antara lain:

  1. "Dan mereka (orang-orang yang beriman) hanya takut kepada Rabb mereka." (QS. Al-Mulk: 16) Ayat ini mengingatkan kita bahwa ma'rifat yang benar terhadap Allah akan menumbuhkan rasa takut yang mendalam, bukan takut pada kekuasaan-Nya semata, tetapi juga pada tanggung jawab kita sebagai hamba-Nya.
  2. "Sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama." (QS. Fatir: 28) Ayat ini menggambarkan bahwa ma'rifat yang tinggi tidak hanya berasal dari pengetahuan agama, tetapi juga dari kesadaran yang mendalam tentang kekuasaan dan kebesaran Allah.
  3. "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadila: 11) Ma'rifat diakui sebagai salah satu bentuk ilmu yang paling mulia dalam Islam, karena ia langsung menghubungkan manusia dengan pemahaman yang lebih tinggi mengenai kehidupan dan alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun