Mohon tunggu...
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer di OPP

Suaminya Novi, ayahnya Sheikha, domisili di kampung tengah, dekat kampung monyet, Jakarta Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cara Orang Pintar di Dubai ''Jual Diri''

14 Februari 2015   11:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:12 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14238828131610159866

[caption id="attachment_396854" align="aligncenter" width="600" caption="Contoh iklan orang pinter"][/caption]

Pengangguran intelektual adalah sebutan buat para sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan, sebenarnya pekerjaan banyak, masalahnya pekerjaan yang banyak itu menghasilkan fulus enggak? Kalo enggak ada fulusnya itu berarti kerja bakti hahahaha.

Memang berat bagi sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan, mereka menanggung beban batin, apalagi kalo orang tuanya sudah habis-habisan menguliahkan mereka, sampai jual apa saja yang bisa dijual, bekerja dari pagi sampai ketemu pagi lagi, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, semua orang tua udah lakukan agar putra-putrinya dapat kuliah, nah, setelah tamat kuliah, ternyata belum mendapatkan pekerjaan, apa enggak jadi beban tuh?

Kalo Anda termasuk dari rombongan besar pengangguran intelektual, maka bolehlah Anda meniru apa yang dilakukan oleh para ''orang pinter '' di Dubai, caranya adalah mengiklankan diri di koran-koran, sebutkan saja, latar belakang pendidikan Anda, tambahkan pengalaman kalo ada, itu juga kalo ada, kalo enggak ada, tambahkan saja, keahlian atau kecakapan yang Anda miliki, misalnya penguasaan bahasa, sebut saja Anda menguasai 3 bahasa, pertama bahasa daerah Anda, kemudian bahasa Indonesia setelah itu bahasa Inggris hahaha, kan keren 3 bahasa lho.

Jadi di Dubai bukan hanya perusahaan-perusahaan saja yang  pasang iklan bahwa mereka butuh pegawai, para pengangguran atau orang yang butuh kerjaan juga pasang iklan, biasanya iklan para ''pengangguran intelektual'' ini berdekatan banget dengan iklan lowongan kerja.

''Menjual diri'' lewat iklan seperti ini pernah saya lihat juga di toko bagus.com, sayangnya mereka yang ''menjual dirinya'' di toko bagus cuma mengincar pekerjaan-pekerjaan yang kurang bergengsi, kebanyakan pengen jadi supir, baik sopir mobil matic ataupun mobil manual, ada juga yang mau bekerja apa saja asal halal, kalo saya pengusaha, pasti saya tawarin orang seperti ini pekerjaan, kan jarang, ada orang mau kerja apa asal halal. Bukankah saat ini orang maunya kerja yang enggak capek tapi dapet duitnya banyak.


Bagi Anda yang enggak mau capek tapi pengen dapet uang banyak, saya sarankan pelihara  TUYUL  atau jadi BABI NGEPET aja, cuma itu, Anda  senengnya di dunia doang tapi nanti kalo Anda mati, siap-siap  di-''panggang'' ama di-''rebus'' di neraka. Mau enggak cuma buat hidup yang hanya puluhan tahun Anda gadaikan kebahagiaan sejati di akherat yang kekal abadi.

Persaingan bursa kerja saat ini memang berat, kalo Anda sudah melamar tapi belum juga dapet panggilan, itu berarti ada yang salah dengan CV Anda, perhatikan dengan seksama, bisa saja gaya Anda menulis CV sudah usang, coba cek bagaimana seharusnya membuat CV yang keren, bagus dan meyakinkan. Seandainya CV Anda sudah keren tapi tetep belum ada panggilan, mungkin Anda belum beruntung, coba lagi, enggak ada salahnya tho?Yang penting semakin Anda berusaha keras dan  itu Anda lakukan dengan ikhlas, yakinlah, semuanya sudah tercatat di sisi Tuhan.

Saran saya, kalo sudah berusaha Anda masih tetep aja jadi pengangguran intelektual, enggak salahnya mulai berpikir untuk menjadi TKI, karena Anda sarjana, tentunya Anda bukan jadi sembarang TKI, enggak mau jadi TKI? Ya Anda bisa jadi pengusaha, mulailah jualan. Bisa jadi jalan rejeki Anda bukan jadi pekerja tapi jadi pengusaha dan Anda tidak tahu itu kalo enggak mencoba.

Kembali ke Dubai, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, di Dubai juga faktor koneksi masih sangat dominan, kalo Anda punya keluarga yang menduduki posisi penting, maka itu sudah jadi ''modal awal'', tinggal nunggu aja, kapan perusahaan butuh staf baru, lazimnya, sebelum diiklankan ke surat khabar, infonya sudah terlebih dahulu di sampaikan kepada keluarga dan handai taulan. Bahasa kasarnya, iklan di koran itu cuma formalitas doang, kandidatnya udah dapet, tapi biar terkesan fair, tetep iklan LOKER-nya ada di koran.

Bagaimana dengan nasib sarjana penganggur yang enggak punya jalur koneksi? Ya itu tadi, mereka buka internet,  mereka beli koran. membaca semua iklan Lowongan kerja di sana, kalo mereka PD dan mau keluar uang. Mereka akan ''jual diri'' di koran.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun