Mohon tunggu...
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali Mohon Tunggu... Trainer di OPP

Suaminya Novi, ayahnya Sheikha, domisili di kampung tengah, dekat kampung monyet, Jakarta Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kota Tanpa Gelandangan dan Anak Jalanan Itu Bernama Dubai

12 Oktober 2013   15:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:38 2540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_284773" align="aligncenter" width="576" caption="Kalo di Bandung, di lampu merah, suka ada anak jalanannya, beda dengan di Dubai. dok pribadi"][/caption] Hari kamis kemarin adalah hari terakhir saya kerja, menyambut hari raya Qurban, pemerintah Dubai telah menetapkan libur terhitung tanggal 13 sampai tanggal 20 Oktober, tapi karena setiap hari Jum'at dan Sabtu saya libur maka sayapun mendapatkan jatah libur yang termasuk panjang, lumayanlah hihihi kalo di tanah air, kayaknya agak susah dapet libur panjang kayak gini. Tidak banyak yang saya lakukan selama mengisi liburan, ya paling jalan-jalan cari angin, saya biasa jalan kaki pagi-pagi, seba'da sholat shubuh, saya mulai berjalan, menyisiri taman Zabeel kemudian terus berjalan sampai ke sebuah resto milik orang India. Saya biasa sarapan di sana, menunya Parrota, sebuah makanan khas India, saya selalu sertakan telor dadar jika makan Parrota, harga sarapannya lumayan murah, hanya 5 Dirham saja. ( 1 Dirham= 3000 Rupiah) kalo lihat nilai tukar sekarang ya. Sehabis sarapan, saya pun kembali ke Kosan, selain jalan pagi, saya juga keluyuran kalo senja mulai menyelimuti Dubai, kalo keluyuran malam, saya menggunakan Metro, kadang pake Taksi dan bis kota, mengapa saya suka jalan-jalan mencari angin? [caption id="attachment_284774" align="aligncenter" width="576" caption="Perumahan yang berkabut di Dubai. dok pribadi"]

13815679461010670157
13815679461010670157
[/caption] Karena emang saya suka mengamati, setiap apa yang saya saksikan dan rasakan itu kemudian saya simpan dalam memori, kemudian saya tuliskan di kompasiana ini, niat saya, ya berbagi saja, masalah apakah tulisan saya di HL-kan atau di TA-kan itu enggak termasuk target. Jadi nulis ya nulis aja, kalo memang kemudian tulisan saya di baca, Alhamdulillah, Syukur-syukur kalo ada yang berubah karena tulisan saya, beberapa kali saya mendapatkan email, yang isinya menyatakan ketertarikan mereka untuk bekerja di Dubai. Saya katakan kalo saya tidak dapat menolong mereka secara langsung, kalo memang mereka berniat untuk bekerja di Dubai, silahkan bergabung di sebuah komunitas Indo-Dubai, di sana suka ada info lowongan kerja, jadi sekalian silaturahmi dengan rekan-rekan yang saat ini kebetulan tinggal di Dubai. [caption id="attachment_284776" align="aligncenter" width="274" caption="Bur Juman Mal. dok pribadi "]
13815680051187936720
13815680051187936720
[/caption] Dubai memang menjadi salah satu tempat yang di minati, walau pun secara gaji sebenarnya kerja di Dubai enggak gede-gede banget, emang sih tergantung di mana dan posisi apa kita bekerja tapi secara keseluruhan, sebenarnya Qatar lebih menjanjikan. Gaji para pekerja di Qatar termasuk yang tertinggi di dunia, jadi saran saya, kalo mau kerja di kawasan teluk, pergilah ke Qatar hihihi jangan ke Dubai, cukupkanlah Dubai sebagai tempat jalan-jalan doang, tempat anda menghabiskan uang yang anda dapatkan di Qatar. Kita kembali ke Dubai, walau pun secara keseluruhan gaji para pekerja di Dubai tidaklah besar, namun yang saya salut dari kota ini adalah tidak adanya gelandangan dan anak jalanan, setiap kali saya keluyuran di Dubai, belum pernah saya melihat gelandangan dan anak jalanan. Beda sekali dengan Bandung misalnya, di kota ini hampir di setiap lampu merah, anak jalanan selalu ada, macem-macem kegiatan mereka, ada yang bawa alat musik sederhana, biasanya terbuat dari tutup botol, lalu di paku disebuah kayu kecil kemudian alat itu di pukul-pukulkan ke tangan. Dengan alat yang sederhana itulah mereka bernyanyi, untuk mencari sesuap nasi katanya, padahal setelah di telusuri pendapatan para pengemis di jalanan kota Bandung ternyata gede, karena itu ketika Walikota Bandung meminta mereka untuk menjadi petugas kebersihan, mereka langsung minta gaji sampe 10 Juta, gilee bener, 10 juta coy. Dari sini terbukalah tabir bahwa menggelandang dan menjadi pengemis di Bandung itu menjanjikan, menurut saya, pemerintah kota Bandung kudu tegas, tertibkan mereka, beri mereka ''pencerahan'', bina mereka kemudian berikan pekerjaan yang lebih manusiawi tentu dengan gaji yang rasional. [caption id="attachment_284778" align="aligncenter" width="576" caption="Pemandangan di sekitar Zabeel Palace. dok pribadi"]
1381568070652280802
1381568070652280802
[/caption] Dubai termasuk kota yang kejam bagi pengemis dan mereka yang mengelandang di jalanan, tidak ada toleransi bagi para pengemis di kota ''jadi-jadian'' ini, hukuman penjara di lanjutkan dengan deportasi adalah solusi Dubai dalam memerangi pengemis dan para gelandangan. Biasanya setiap bulan suci Ramadhan datang, Dubai kebanjiran para ''pendatang'', mereka menggunakan berbagai cara untuk masuk Dubai, mulai dari menggunakan visa kunjungan dan lain-lain, padahal mereka punya tujuan lain, yakni menjadi pengemis. Keren kan?, pengemis di Dubai adalah orang-orang yang terbiasa menggunakan pesawat terbang. Namun berkat kesigapan aparat di Dubai, maka ruang gerak para pengemis ''dadakan'' itu menjadi sempit, akhirnya mereka tinggal gigit jari, maunya untung malah buntung. Itulah balasan yang setimpal bagi para orang-orang yang punya mental pengemis. Saya juga pernah menyempatkan keluyuran sampai tengah malam di Dubai, saya susuri emperan-emperan toko, bener, kagak ada gelandangannya, bagaimana dengan stasiun Metro Dubai, apakah ada gelandangan di sana?, boro-boro ada gelandangan, semua fasilitas Metro steril dari para gelandangan. Akhirnya, saya berkesimpulan Dubai adalah kota tanpa gelandangan dan anak jalanan, Engak percaya?, coba deh maen ke Dubai, dan telusuri setiap inci jalanannya, lebih bagus lagi kalo anda keluyurannya tengah malam. [caption id="attachment_284780" align="aligncenter" width="576" caption="Salah satu sudut jalan di Dubai. dok pribadi"]
1381568155852927136
1381568155852927136
[/caption] Bagaimana dengan faktor keamanan, apakah tidak berbahaya bagi pendatang untuk keluyuran sampai tengah malam?, saya jamin deh, aman, di sini bukan hanya pejantan yang aman, para ''makhluk halus'' pun sudah biasa pulang hingga larut malam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun