Mohon tunggu...
Ali Magfur
Ali Magfur Mohon Tunggu... Manusia biasa

Penikmat Kopi, Senja, Buku, dan Berbagai Keindahan ciptaan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Emyu dan Sebuah Catatan Akan Kebenaran Dari Sisi Hermeneutik

3 Juni 2025   14:34 Diperbarui: 3 Juni 2025   14:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Satu kesadaran paling penting dari apa yang hermeneutika berikan kepada saya adalah kesadaran tentang sebuah narasi kebenaran yang historis. Satu kebenaran yang melokal, tidak mutlak dan tidak univerasal. Bukan berarti kebenaran itu relatif tapi dia relasional. Bagi saya memahami kebenaran sebagai satu hal yang relatif itu sama seperti anda bilang saya benar kamu juga benar gaada yang perlu diperdebatkan karena setiap orang punya kebenarannya masing-masing lantas untuk apa kita mencari kebenaran. Akan tetapi, memahami kebenaran sebagai satu hasil dari jaringan relasi yang melingkupinya meniscayakan asumsi bahwa sebenarnya kebenaran itu ya satu , akan tetapi dia dipahami dan dinarasikan secara berbeda bukan karena kebenarannya beda tapi karena sudut pandang yang digunakan untuk memahaminya-lah yang tidak sama.

Sudut pandang manusia terhadap satu hal memang tidak pernah netral kan. Dia selalu terpengaruh oleh banyak hal yang melingkupinya bisa dari kultur, budaya, keyakinan, atau bahkan karena klub bola kesayangannya. Misalnya gini orang yang suka Barcelona mungkin akan menilai nonton emyu main itu cuma buang-buang waktu dan gak penting orang kalah terus. Tapi sek, saya meyakini bahwa fans emyu akan sangat berbeda dalam memahaminya, bisa jadi bagi mereka kekalahan hanyalah sebuah ujian untuk menguji kesabaran dan kesetiaan dari seorang fans kepada tim bola kesayangannya. Yaa mirip-mirip kata Socrates yang bilang bahwa "Kehidupan yang tidak diuji tidak layak untuk dijalani", dan mungkin fans emyu juga bisa bilang "apa guna mencinta emyu  jika tidak tahan untuk diuji dengan kekalahan dan kegagalan.

Kesadaran  bahwa setiap subyek pembaca punya sisi keterpengaruhan ini lah yang jadi tonggak penting dalam Hermeneutika. Entah dia termasuk hermeneutika subkyektifis, objektifis atau apalah itu semuanya tetap berpijak bahwa satu elemen yang paling berpengaruh terhadap  satu objek pemahaman adalah orang yang memahami itu sendiri. Hermeneutika meniscayakan bahwa satu teks atau apapun itu hanya akan jadi teks biasa sampai seorang subyek pembaca mulai berusaha untuk memahami dan kemudian memaknainya. Misalnya, pertandingan emyu vs Asian All star yang berakhir dengan skor satu kosong untuk kekalahan emyu hanya akan menjadi satu peristiwa netral alias biasa saja sampai dia dipahami dan dimaknai oleh subyeknya. Mungkin bagi fans emyu ini skor biasa saja wong namanya juga pra-musim apa yang harus dikhawatirkan kan lihat saja musim depan tim ini akan tsunami trofi, begitu katanya. Akan tetapi yakinlah ini merupakan satu bahan komedi yang sangat renyah untuk fans dari klub rival emyu. Lihat, peristiwanya sama dan netral, tapi perbedaan sudut pandang meniscayakan pemahaman yang berbeda.

Konsekuensi dari kesadaran semacam ini seperti yang sudah saya jelaskan di atas adalah satu konsepsi bahwa satu pengetahuan itu tidaklah universal dan mutlak, akan tetapi dia historis, dia tidak mutlak juga karena senantiasa terikat oleh ruang dan waktu. Jadi dari sudut pandang hermeneutika akan sangat aneh ketika ada orang yang bilang "hal ini bla bla bla dalam sudut pandang Islam adalah haram" atau  "hukum mendukung emyu menurut Islam". Karena meletakkan Islam seolah sebagai seorang subyek bicara tentang satu hal itu seperti anda mau bilang bahwa saya adalah seorang yang membuat Islam jadi menurut saya hal itu haram. Orang seperti ini mungkin lupa bahwa apa yang dia pahami tentang Islam, itu juga bukan Islam tapi tafsir atas Islam. Bagi saya walaupun satu pendapat itu keluar dari tokoh sekaliber imam Syafii pun, hal itu tetap bukan Islam, itu tafsir akan Islam.

Satu dasar asumsi dari hermeneutika adalah satu pemahaman atas teks selalu merupakan hasil dari dialektika antara teks, penafsir, dan juga konteks. Satu teks tidak mungkin bicara atas namanya sendiri, ia selalu membutuhkan subyek pembaca untuk menarasikannya dan setiap orang yang menarasikan satu hal tidak pernah bisa melepaskan diri dari ruang dan waktu yang melingkupinya.

Sederhananya mungkin gini, kalo kemudian ada seseorang yang menyampaikan satu hal entah itu pengetahuan atau hanya sebuah gosip. Selain penting untuk memahami hal tersebut, anda juga penting untuk memahami siapa yang menceritakan hal itu, bisa jadi ada kepentingan politik, modus PDKT atau mungkin hanya sekedar cari muka saja. Memahami satu diskursus pengetahuan juga seperti itu. Misal ada ulama menafsirkan satu ayat atau menetapkan satu hukum maka selain hukumnya yang perlu kita pahami, kita juga harus memahami ulamanya itu sendiri, dia juga manusia, dia punya tendensi tentang satu hal, dia mungkin terpengaruh ideologi, kekuasaan, atau sekedar ingin meraih popularitas. Dan untuk dapat memahami hal tersebut tentu anda perlu untuk melihat konteks dan ruang sejarah di mana ulama tersebut hidup.

Dengan memahami tiga elemen dalam triangle hermeneutika ini kita akan sadar bahwa kebenaran itu- seperti yang penulis ajukan di depan- dia bersifat relasional. Satu klaim kebenaran dapat dinarasikan secara berbeda oleh seorang manusia sesuai dengan konteks dalam ruang dan waktu yang melingkupinya. Sekali lagi bukan karena kebenarannya berbeda akan tepi karena relasinya dengan koteks dan sejarahnya lah yang berbeda. Maka dengan begitu satu kebenaran dalam sudut pandang manusia tidaklah netral, tidak universal, dan tidak mutlak, masih ada opsi kebenaran lainnya yang harus kita raih, bukan karena yang sebelumnya salah, akan tetapi mungkin dia sudah tidak sesuai dengan konteks yang sekarang hadir, satu hubungan relasional yang berbeda juga meniscayakan sebuah narasi kebenaran yang berbeda bukan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun