Mohon tunggu...
Alika Nurfatiha
Alika Nurfatiha Mohon Tunggu... -

seorang Ibu Rumah Tangga dengan seorang putri cantik bernama alika.Guru TK yang punya hobi baca dan corat-coret. semoga setiap coretan bermanfaat bagi semua.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sebungkus Mie untuk Suaramu

16 April 2014   06:23 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Euphoria Pemilu selalu meninggalkan cerita unik dan menarik. Tak hanya heboh dan serunya saat penghitungan suara, tapi  juga menjelang pencoblosan dan paska pencoblosan. Biasanya kampung tak seramai ini, tapi saat ini suasananya jelas sangat berbeda. Sejak kemarin menjelang Hajatan Akbar pencoblosan,  kasak-kusuk siapa dan partai apa yang harus dicoblos sudah dijelaskan oleh beberapa simpatisan partai. Ada  yang terang- terangan memberikan “bingkisan Mie instan dan sembako”  dengan maksud menarik hati para ibu rumah tangga, ada juga yang menyelipkan Amplop berisi puluhan ribu sebagai iming-imingnya disertai foto dan partai yang mengusung sang Calon Legislatif dengan catatan: “JANGAN LUPA BESOK COBLOS NO xxx”

Perbuatan melanggar ini sepertinya sudah begitu mendarah daging dan sulit sekali dihilangkan. Anehnya, masyarakat yang awam merasa senang saja ketika mereka diberikan beberapa bungkus mie instan dan sebungkus sembako, bahkan pernah pada saat pemilihan Bupati, mereka hanya diberi sabun cuci dan sabun mandi. Toh tidak ada yang protes, tidak ada yang berani bersuara karena ini memang sudah biasa.

Demokrasi,  yang seharusnya memberikan kebebasan kepada rakyat untuk memilih dan dipilih, justru menjadi ajang bagi orang-orang tidak bertanggung jawab untuk memaksakan kehendak, baik secara halus dan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan. Padahal, Saat seseorang menerima hadiah atau bingkisan dari seseorang untuk memilih calon atau partai tertentu misalnya, sebenarnya dia sudah dipaksa untuk memilih. Semakin besar hadiah yang diberikan, maka semakin besar pula tekanan yang diberikan untuk memilih.

Kurangnya edukasi dan informasi tentang demokrasi yang benar membuat masyarakat yang awam kurang perduli dengan Calon Pemimpin dan Partai yang akan dipilih. Suap-menyuap dalam masyarakat menjadi hal yang biasa. Yang penting dikasih bingkisan, hadiah, atau uang, beres! Lebih fatal lagi, ketidaktahuan mereka inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraup suara sebanyak-banyaknya.  Maka wajarlah jika korupsi di Indonesia sulit diberantas, wajarlah jika korupsi begitu mendarah daging di negeri ini. Padahal  orang yang menyuap dan disuap dosanya sama besarnya.

Maukah anda menanggung dosa besar hanya karena disuap dengan Sebungkus Mie instan? Atau hanya karena  uang puluhan ribu yang kita makan dari hasil korupsi? Coba lihat dan perhatikan negeri ini akibat sebungkus mie yang kita terima begitu saja demi sebuah suara. Bukankah Jalan Raya yang seharusnya bebas hambatan justru berlubang dan hancur disana-sini? bukankah masih banyak warga miskin yang menahan lapar sementara Pemimpinnya ongkang kaki menikmati hasil korupsi sana-sini?

Lihatlah sepanjang jalanan yang kita lalui selama ini. Jika masih banyak jalanan rusak, berlubang, bahkan hancur, Inilah bukti gambaran pemerintahan kita. Bukankah kitapun turut andil menerima hasil korupsi itu? Sebungkus mie, sabun cuci, sembako, dan sebuah amplop puluhan ribu yang kita terima begitu saja, lantas kita memilih mereka, bukankah itu juga bagian dari kesalahan kita saat memilih Calon Pemimpin negeri ini? Pernahkah kita bertanya dalam hati mengapa dia begitu baik mau memberi hadiah atau uang pada kita?. Pernahkah kita berfikir bahwa sebungkus Mie yang kita makan menghilangkan keberkahan hidup kita sendiri, bahkan menghilangkan keberkahan Tuhan untuk negeri ini? Masih ada waktu untuk pemilihan berikutnya. Mari buka mata, buka hati, dan buka fikiran kita untuk memilih dengan cara yang baik, tanpa suap, tanpa korupsi.  agar terpilih sosok pemimpin yang  jujur dan berbuat yang terbaik untuk rakyat. Itulah demokrasi yang bersih. Nyata  Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun