Mohon tunggu...
Alika Ghina Utami
Alika Ghina Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Political Science Student

Mahasiswa Ilmu Politik yang tertarik dengan topik hukum, politik, gaya hidup, dan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prediksi Resesi Ekonomi 2023 dan Kebijakan Ekonomi Politik Indonesia dengan Pendekatan Ekonomi Politik Keynesian

20 Oktober 2022   17:37 Diperbarui: 20 Oktober 2022   17:38 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Resesi ekonomi menurut Julius Shiskin pada tahun 1974, yaitu penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjadi selama dua kuartal berturut-turut. Penyebab terjadinya resesi ekonomi yaitu karena guncangan ekonomi seperti bencana alam, serangan teroris, dan juga karena pandemi yang terjadi baru-baru ini. Selain itu hal yang menyebabkan ini terjadi yaitu karena kehilangan kepercayaan konsumen, suku bunga yang tinggi, deflasi, dan juga gelembung aset.

            Berbagai ancaman-ancaman resesi global 2023 yang sudah terlihat yaitu seperti inflasi tinggi, fenomena strong dollar, krisis pangan, dan juga perang yang belum juga usai. Resesi ekonomi ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun di Amerika Serikat, Eropa, China, bahkan 44 negara di dunia. Ekonomi di China akan diperkirakan mencapai titi paling rendah nantinya, yang biasanya hasil nya double digit kemungkinan besar nanti yang terjadi menjadi single digit. Menurut survey yang melibatkan 40 ekonom, menunjukkan perekonomian di China diperkirakan tumbuh 3,2% di tahun 2022 jauh dari target pemerintah yaitu sebesar 5,5 %. Perkiraan tersebut membuat Indonesia harus waspada karena China merupakan bagian pasar ekonomi utama Indonesia. Menurut ekonom senior yaitu Chatib Basri yang menyebutkan bahwa strategi Presiden China yaitu Xi Jinping membuat zero policy untuk mencegah penularan covid merupakan salah satu penyebab ekonomi di China mengalami perlambatan.

            Menteri keuangan menyebutkan bahwa prediksi pertumbuhan ekonomi nasional pada dua kuartal kedepan yaitu Lower End menunjukkan bahwa Kuartal III tahun 2020 masih akan terjadi negative growth dan Kuartal IB masih dalam zona dibawah netral. Di Kuartal II tahun 2020 lalu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar -5,32%. Apabila pada Kuartal III prediksi kementrian keungan terjadi, maka Indonesia akan mengalami resesi. Hal tersebut akan berdampak kepada Indonesia dari sisi perdagangan dan investasi. Lebih dari itu, dampak tersebut akan lebih besar dari gejala resesi di Eropa dan Amerika Serikat dan juga efek perang Ukraina. Hal ini disebabkan karena China berkontribusi besar terhadap ekspor-impor Indonesia. Dapat dilihat bahwa impor Indonesia dari China sebesar 33,8% dan tujuan ekspor ke China hanya 21,8%. Dari sisi negara asal investasi periode 2016-2020 realisasi investasi China ini melonjak dari 2,6 Miliar USD menjadi 4,8 Miliar USD menurut data BPS.

            Menurut data yang ada ekspor Indonesia masih di dominasi komoditas dengan kontribusi 50%, karena selama ini Indonesia masih dikatakan untung oleh kenaikan komoditas setelah adanya perang antara Rusia dan Ukraina. Namun terbukti oleh data BPS dimana harga beberapa komoditas di tingkat global lebih rendah dibandingkan beberapa bulan terakhir. Berdasarkan data BPS juga, neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 mengalami surplus 4,99 Miliar USD. Tetapi surplus ini lebih rendah dibandingkan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 5,71 Miliar USD. Namun apabila sebagian prediksi resesi mengalami perlambatan signifikan, IMF mengatakan bahwa perekonomian Indonesia masih berkembang sekitar 5%. Walaupun perkembangan ini dapat dikatakan lebih lambat dibandingkan perkembangan akhir taun yang mencapai 5,3%. Lebih dari itu, perkembangan ekonomi di Indonesia tahun depan masih lebih baik dibandingkan negara dengan negara-negara ASEAN lainnya. Hal yang harus dilakukan Indonesia menurut beberapa ekonom adalah diversifikasi negara tujuan utama ekspor dan harus meningkatkan investasi. Hal ini yang dapat menolong perekonomian kedepannya.

            Strategi pemerintah yang harus dilakukan menurut Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan, terdapat tiga strategi. Yang pertama yaitu mempercepat realisasi program PEN, yang kedua yaitu meningkatkan konsumsi pemerintah, dan yang ketiga yaitu memodifikasi belanja perlindungan sosial. Selain itu dari segi kebijakan moneter, Bank Indonesia harus memikirkan operasi pasar untuk menahan laju pelemahan rupiah.

            Dengan adanya fenomena resesi ekonomi 2023, pendekatan ekonomi politik yang relevan adalah pendekatan Keynesian. Karena pada dasarnya menurut Keynes, situasi makro pada konidisi perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan agregat atau ouput yang dihasilkan. Hal yang akan terjadi pada kondisi ini yaitu adanya kekurangan produksi. Namun dalam periode selanjutnya yang akan terjadi adalah output akan naik atau harga akan naik, maupun keduanya terjadi secara bersamaan. Sedangkan jika permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka kondisi yang terjadi yaitu kelebihan produksi dan output akan turun atau harga akan turun, maupun terjadi secara bersamaan.

            Dilihat dari konsep pendekatan ekonomi politik Keynesian, beberapa hal terjadi seperti pengeluaran konsumis, pengeluaran investasi oleh perusahaan dan juga pengeluaran pemerintah yang menyebabkan adanya resesi global tahun depan. Karena pemerintah dapat mempengaruhi permintaan agregat secara langsung melalui pengeluaran pemerintah dan secara tidak langsung terhadap pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi. Dari ketiga unsur tersebut disebabkan karena hal yang berbeda-beda. Pengeluaran konsumsi tergantung pada kecenderungan konsumsinya, pengeluaran investasi ditentukan dari keuntungannya, dan pengeluaran pemerintah ditentukan oleh proses politik yang kompleks.

            Dalam fenomena resesi ekonomi 2023 ini intervensi pemerintah sangat dibutuhkan, walaupun pertumbuhan ekonomi nantinya akan lambat namun setidaknya Indonesia tidak jatuh dalam keadaan resesi global ini. Hal ini sulit untuk dilakukan untuk mengembalikan kestabilan laju pertumbuhan ekonomi, namun setidaknya strategi-strategi pemerintah dapat dilakukan secara maksimal dan perkiraan-perkiraan yang disampaikan oleh Kementrian Keuangan tidak terjadi karena akan berdampak sangat besar kedepannya bagi Indonesia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun