Mohon tunggu...
Alifyusuf
Alifyusuf Mohon Tunggu... Pedagang

Suka membaca cerpen, suka melihat para pedagang kecil tertawa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Generasi Sandwich, Terhina atau Terhormat?

13 Juni 2025   19:28 Diperbarui: 13 Juni 2025   19:28 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Baru-baru ini ramai berita tentang generasi sandwich. Ada yang menyanjung ada pula yang mengasihani. Tapi apakah generasi sandwich ini buruk sehingga tampak terhina? Atau apakah generasi ini begitu bermartabat sehingga tampak terhormat?

Semua jawaban itu kembali pada hati nurani pribadi masing-masing. Awalnya saya tak ingin memberi label pada generasi ini. Tapi berkali-kali berita memberikan pro dan kontra status generasi ini.

Kadang ketika membaca berita tentang generasi sandwich yang tidak bisa menyiapkan masa pensiun, empati saya muncul. Apalagi ada yang merasa setiap detik hidupnya, setiap peluh perjuangannya, tak dapat dinikmati diri sendiri. Seakan generasi sandwich ini adalah korban yang sangat malang. Berjuang keras hanya untuk orang lain, seolah mereka adalah budak keadaan yang terus diperas air mata perjuangannya.

Tapi saya kemudian melihat sekeliling saya, jauh ketika berita generasi sandwich ini bergema. Ternyata banyak pula generasi sandwich yang tampak bahagia. Banyak laki-laki yang bahkan rela menunda menikah agar bisa membantu kehidupan orang tua dan adiknya. Bukannya orang ini, jika menikah, besar kemungkinan akan menjadi generasi sandwich? Tapi beliau ini tidak merasa tertekan. Bisa dilihat bahwa dia rela mengorbankan masa mudanya demi orang tua dan adiknya.

Saya akan menceritakan gambaran keluarga lain. Seorang wanita dari seorang ibu tunggal yang bahkan tidak punya rumah (selama ini mengontrak). Kuliah pun dengan kerja sampingan. Setelah lulus sukses menjadi pegawai pemerintah dan mendapat suami pegawai sebuah perusahaan kecil.

Betapa membuat hati saya merasa kerdil, wanita itu mengutarakan niatnya kepada suaminya. Bahwa setelah menikah, seluruh gajinya akan diberikan kepada sang ibunda. Ibunda pun harus ikut serta dimana pun mereka tinggal. Syarat itu disetujui oleh si suami. Apakah hanya bertahan setahun atau cuma sebulan?

Kenyataannya, meskipun sudah puluhan tahun. Istrinya masih menanggung kehidupan ibunda. Padahal anak mereka banyak. Tapi mungkin inilah berkah keikhlasan. Niat berbakti kepada orang tua tak pernah menuai keburukan.

Menanggung kehidupan orang tua beserta anak-anak dan istri adalah suatu perjuangan yang besar. Mungkin rejeki terus mengalir karena ada banyak jiwa yang harus dihidupi. Bukankah kita banyak melihat? Ada pengusaha sukses yang kaya raya tapi setelah anak-anaknya sudah lulus sekolah semua, usahanya redup. Kadang ada keluarga miskin, bahkan untuk makan pas-pasan, ketika merawat orang tuanya malah ada saja sumber rejeki.

Sebenarnya di Indonesia yang menjunjung tinggi budaya tata Krama, generasi sandwich sudah ada dari dulu. Dan banyak yang tidak mempermasalahkan. Bahkan menganggap semua itu biasa. Banyak yang menghidupi orang tua, adik, anak istri sekaligus. Bukankah sangat luar biasa? Mereka mempunyai kemampuan dan kekuatan sedemikian besar.

Harta yang mengalir sudah ada tujuan-tujuannya. Sejatinya kita hanya sarana. Apalagi sedekah ke orang tua dan saudara adalah sedekah yang utama. Mungkin itulah yang akan menjadi jalan rejeki yang deras. Semakin harta kita bermanfaat bagi banyak orang, maka semakin deras aliran dari atas.

Saya dari dulu ingin menjadi generasi sandiwara (dulu saya tidak paham.istilah ini). Melihat orang tua menikmati masa tua sambil berkebun, menghajikan orang tua, biarlah saya yang menghidupi mereka. Rasanya sangat membuat dada ini lapang. Meskipun malah kenyataannya, saya dan keluarga yang masih merepotkan orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun