Desa Guntur, Demak (26/07/2021) -- Desa Guntur merupakan termassuk 1000 desa prioritas stunting di Indonesia. Kasus Balita stunting terus meningkat jumlahnya di Desa Guntur. Pada tahun 2021 sendiri, tercatat sebanyak 40 Balita terindikasi memiliki kekurangan energi kronis/stunting.Â
Sebelumnya, pemerintah desa rutin memberikan makanan tambahan berupa susu F100 dan sirup zink pada Balita yang terindikasi menderita stunting satu kali dalam sebulan. Namun, akibat pandemi COVID-19 ini, pemerintah desa mengalihkan fokus perhatian dan alokasi dana untuk pencegahan dan mengatasi pandemi.Â
Sehingga, kegiatan pemberian makanan tambahan untuk Balita stunting terhenti. Kegiatan Pos Pelayan Terpadu (Posyandu) Balita sendiri terhenti selama 1 bulan ini akibat diberlakukannya peraturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di Indonesia.Â
Menanggapi situasi ini, mahasiswa KKN Universitas Diponegoro periode 2021 melakukan program edukasi asuhan nutrisi dan penyakit stuntig pada Balita sesuai dengan tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) poin kedua dan ketiga yaitu mengakhiri kelaparan serta kesehatan dan kesejahteraan.
Â
Kegiatan edukasi asuhan nutrisi dan Balita stunting dilaksanakan secara daring dalam waktu 3 hari yakni pada tanggal 24-26 Juli 2021 melalui panggilan video aplikasi WhatsApp. Kegiatan ini ditujukan pada ibu dengan Balita yang berada di Desa Guntur RT 7 RW 2.Â
Mahasiswa menghubungi 11 ibu dengan Balita pertama kali melaui pesan WhatsApp untuk memperkenalkan diri dan mengirimkan panduan berupa booklet edukasi asuhan nutrisi dan Balita stunting.Â
Booklet tersebut berisi penjelasan mengenai stunting pada Balita, asuhan nutrisi pada anak dan aturan makan pada anak (feeding rules). Konten yang terdapat pada booklet bersumber dari artikel Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Â
Setelah menyampaikan booklet, mahasiswa menyampaikan izin untuk melakukan diskusi via panggilan video secara pribadi pada tiap ibu untuk memberikan penjelasan edukasi dan mendiskusikan kondisi anak mereka masing-masing. Salah satu ibu menyampaikan bahwa, "Saya cemas mbak, selama pandemi ini anak saya tidak bisa terpantau BB dan TB nya, semenjak disapih karena saya sedang hamil, anak saya keliatan lebih kurus dan kurang doyan makan".Â