Mohon tunggu...
Alif Firdaus
Alif Firdaus Mohon Tunggu... Saya adalah Mahasiswa

Saya Bang Al dan saya seorang pengamat Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Untung Bisnis Agama

6 Oktober 2025   13:51 Diperbarui: 6 Oktober 2025   14:23 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo meminta maaf kepada keluarga wali santri usai bangunan musala ambruk. Permintaan maaf disampaikan oleh pengasuhnya KH Abdus Salam Mujib. "Saya kira memang ini takdir dari Allah. Jadi semuanya harus bisa bersabar dan mudah-mudahan diberi ganti oleh Allah yang lebih baik. Diberi pahala yang sangat-sangat Apa yang enggak bisa mengutarakan, mudah-mudahan yang dibalas dengan balasan kebaikan oleh Allah," kata Salam.

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwasanya Agama dijadikan tameng sebagai dalih untuk mecncuci tangan dari sebuah permasalahan yang ada. Pernyataan tersebut membuat masyarakat beranggapan bahwa pengurus pondok sengaja melepas tanggung jawab moral mereka kepada Tuhan. Pasalnya hal ini murni terjadi akibat kelalaian yang disebabkan oleh pengurus pondok itu sendiri. Selain itu sebagian besar masyarakat pun memperncayai pernyataan tersebut bahkan keluarga dari korban itu sendiri. Dari sini timbulah opini pribadi terkait posisi Agama itu sendiri.

Mengapa dalam kebanyakan kasus Agama selalu menjadi kambing hitam dalam setiap permasalahan yang di timbulkan. Selain itu Agama juga digunakan seabagai Media atau Alat Bagi mereka yang ingin memperoleh tujuan guna kepentingan pribadi mereka. Lantas mengapa demikian. Aapakah benar Agama sebagai alat untuk mengontrol masyarakat kelas bawah atau kalangan masyarakat yang lemah?.

"Agama digunakan sebagai mengontrol mereka yang lemah" secara praktis bisa diterapkan, tetapi bukan berarti bahwa agama sejak awal kemunculannya memang ditujukan sebagai kontrol massa. Ini didasarkan pada karakteristik Agama yang cenderung mendorong pengikutnya untuk langsung menerima penjelasan terkait hal-hal tertentu yang dianggapnya berasal dari sosok yang lebih tinggi tanpa mempertanyakannya.

Memang, Agama secara umumnya mendorong orang-orang untuk berfikir kritis terkait apa yang ada  dan terjadi di sekitarnya. Namun, sosok yang menegakkan dan memimpin agama tersebut adalah manusia (selain Nabi) yang masih menyimpan kecenderungan untuk mendominasi dan mengontrol manusia lainnya.

Kecenderungan agama untuk mendorong pengikutnya menerima tanpa mempertanyakan dan kencerungan beberapa pemimpin Agama terhadap tindakan korup dan serakah, maka Agama bisa menjadi pembenaran atas tindakannya itu, apalagi terhadap lingkungan masyarakat yang tingkat dependensinya atau keterikatan mereka terhadap agama itu sangat tinggi tanpa adanya upaya untuk mempertanyakan apapun yang diterima. 

Mungkin frasa "Alat untuk mengontrol mereka yang lemah" kurang tepat, karena lemah dapat diartikan sebagai kelompok atau pihak yang tidak berdaya dan tidak punya pilihan. Tetapi, Agama bisa saja digunakan sebagai alat kontrol untuk orang-orang menengah, namun kemampuan berpikir kritisnya kritisnya belum terlatih.

Jadi bisa direphrase dari "Agama adalah alat untuk mengontrol mereka yang lemah" menjadi "Mengontrol mereka yang tidak pernah, tidak mau, dan tidak akan mau berpikir".

Namun, jika akal dikedepankan dibandingkan Agama, maka masyarakat akan kehilangan pegangan spiritual mereka. Rasa tenang dan kenyamanan tidak selalu diperoleh melalui material, namun juga dapat diperoleh dengan pencapaian spiritual mereka.

Maka, akal haruslah berjalan sesuai dengan Agama. Dalam konteks ini, masyarakat dapat berpikir secara kritis terhadap apa yang dilakukan para pemuka Agama terhadap mereka. Jika masyarakat sudah dilatih untuk berpikir kritis, maka mereka tidak akan dengan mudah dibodoh-bodohi oleh beberapa pemuka agama korup dengan alasan kepentingan Agama dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun