Mohon tunggu...
Alifatun Nahdliyah
Alifatun Nahdliyah Mohon Tunggu... Lainnya - Early Childhood Education, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Saya masih belajar menulis, semua berawal dari tugas kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

What and How Do Student Learn?

1 Desember 2020   00:04 Diperbarui: 2 Desember 2020   00:19 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru itu di Gugu lan ditiru

Di gugu lan di tiru ini merupakan anggapan yang sering kita dengar bukan?  Digugu lan ditiru adalah bahasa jawa yang artinya orang yang dipercaya dan diikuti. Jadi tugas guru bukan hanya mengajar mata pelajaran saja tetapi juga harus mendidik moral, etika, sopan santun, dan karakter anak.

Guru bukanlah orang yang hanya sekedar bediri didepan untuk menyampaikan pelajaran, tetapi juga harus aktif dan kreatif untuk mengarahkan peserta didik untuk mencapai cita-citanya. Bagaimana hal tersebut bisa tercapai? Untuk mencapai hal tersebut maka guru harus mempunyai ketrampilan dasar mengajar.

Dalam beberapa proses belajar yang kita temui terkadang guru bertumpu pada permasalahan anak dalam proses belajarnya atau proses mendapatkan ilmunya. Model belajar ini disebut dengan Problem Based Learning atau di singkat menjadi PBL, yang dalam bahasa Indonesia berarti Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Model ini berfungsi agar anak bisa dengan mandiri menyelesaikan permasalahan belajar berdasrkan masalah yang dihadapi atau yang ada.  

Dalam model ini pertama-tama guru menyampaikan konsep belajar, sumber, koneksi, intruksi, dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh anak dalam pelajaran yang akan disampaikan ini. Hal ini dimaksudkan akan anak didik lebih mudah untuk menangkap maksud dari apa yang disampaikan oleh guru. Jika sudah seperti ini maka suasana pembelajaran akan enak sehingga visi dan misi dari pembelajaran bisa tercapai.

Selanjutnya guru melakukan Defining The Problem yang artinya Pendefisian masalah. Guru menyampaikan permasalahan belajar kepada anak, setelah itu anak akan melakukan sebuah aktivitas yang namanya brainstorming. Brainstorming adalah metode memunculkan masalah kreatif sehingga anggota kelompok melemparkan ide-ide nya. Ini artinya setiap anak didik harus mengutarakan ide atau pendapatnya.

Dalam model belajar ini siswa harus menemukan banyak referensi atau rujukan dari berbagai sumber agar permasalahan yang dihadapi makin jelas. Hal ini bisa disebut dengan Self Learning atau pembelajan mandiri. Rujukan atau referensi yang diambil boleh dari manapun asal relevan. Ini bertujuan agar siswa menghadapi permasalahan dengan baik dan dan menemukan informasi dari berbagai sumber.

Setelah melakukan Self Learning guru melakukan Exchange Knowledge, atau bisa disebut Pertukaran Pengetahuan. Dalam hal ini anak didik diminta untuk berdiskusi dalam satu group atau kelompok untuk memantabkan referensi dan menyelesaikan permasalahan. Jadi tau kan kenapa ini dinamai dengan pertukaran penegetahuan?

Lalu yang terakhir adalah tahap penilaian atau Assesment. Dalam hal penilaian ini yang dinilai adalah ketrampilan, pengetahuan, dan juga sikap. Penilaian dalam kemampuan siswa memperoleh pengetahuan terdiri dari pekerjaan rumah, quiz, catatan, ujian tengah semester dan juga akhir semester.

Dalam pembelajaran guru juga menggunakan pengalaman anak didik yang diperoleh dari interaksi dengan masyarakat untuk mengembangkan potensi individu melalui pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan, ini disebut dengan Holistic Education atau Pendidikan Holistik. Sistem ini mempunyai proses pembelajaran yang sangat khas lho, yaitu guru lebih mengutamakan apa yang dibutuhkan oleh siswa dalam hubungan interaksinya dengan masyarakat. Pendidikan Holistik sangat mengerti betapa pentingnya keterkaitan manusia dengan tuhan, dengan alam, dan juga keterkaitan manusia dengan manusia lainnya.

Materi pengajaran yang disajikan dalam Holistic Education yaitu dengan cara mengombinasikan atau menyatukan kecerdasan anak baik emosional, intelektual, maupun ketrampilan dalam pendidikan jasmani dan rohani. Dalam pendidikan holistic anak diarahkan pada jati dirinya dan potensi apa yang ia miliki. Tujuan dari Pendidikan holistic ini adalah anak dapat mengembangkan dan menggali potensi individu dan Anak dapat mengembangkan kecakapan social dan Pola Kepribadian.

Setiap anak dilahirkan dengan sejumlah kecerdasan potensial untuk meningkatkan kemampuan dan menggapai cita - citanya. Kecerdasan atau inteligensi dianggap sebagai kunci kesuksesan seseorang. Tapi tau nggak kamu bahwa ada di dalam spectrum yang lebih luas lagi, yaitu kecerdasan majemuk atau Multiple Intelegent. Multiple Intelegent adalah sebuah istilah yang mengungkapkan bahwa seseorang itu tidak hanya memiliki IQ saja, namun juga banyak kecerdasan lainnya.

Menurut Howard Gardner setiap orang mempunyai sekitar Sembilan kecerdasan. yaitu kecerdasan ruang visual (spasial), kecerdasan matematis-logis, kecerdasan ruang linguistic, kecerdasan kinestetik badani, kecerdasan antar pribadi, kecerdasan musikal, dan kecerdasan intra pribadi, kecerdasan eksistensial, dan kecerdasan naturalis. Jadi ini adalah Sembilan kecerdasan anak yang harus dikembangkan dan ditonjolkan.

Selain kecerdasan-kecerdasan diatas ada hal lain juga lho yang lebih penting, yaitu kreativitas. Kreativitas mengarah kepada penemuan yang baru, yang unik, yang berbeda dengan yang lain. Anak dengan kreativitas tinggi biasanya ditandai dengan senang mempunyai pengalaman baru, sangat inisiatif, berpikir kritis terhadap orang lain, selalu ingin tahu, percaya diri, dan penuh imajinasi.

Hasil pencapaian pembelajaran yang telah dicapai ini sangat tergantung pada proses pembelajaran lho, terutama seorang guru yang mana guru berperan mengembangkan bagaimana model belajar anak. Untuk mengembangkan potensi siswa, guru dituntut menjadi seseorang yang kreatif dan produktif. Lalu bagaimana sih guru yang kreatif dan produktif itu?

Guru yang kreatif adalah guru yang tidak pernah puas atas apa yang telah disampaikan atau diajarkan kepada anak didiknya. Guru yang kreatif selalu menemukan cara-cara yang baru agar anak didik menemukan potensi didalam dirinya. Biasanya guru yang kreatif selalu merasa harus ada yang dikembangkan pada dirinya, pada cara mengajarnya sehingga guru yang seperti ini pola mengajarnya tidak seperti itu-itu melulu. Menurut saya anak didik juga lebih senang apabila diajar oleh guru yang kreatif. Guru kreatif menyampaikan materi dengan cara yang kreatif pula agar dapat diterima oleh otak anak didik dengan cara yang menyenangkan.

Lalu apakah guru produktif itu? Guru yang produktif adalah guru kreatif yang tidak pernah puas atas apa yang telah dilaksanakannya. Guru produktif akan selalu melakukan refleksi diri dengan cara melakukan penelitian dikelas. Apa yang menjadi kekurangan saat ia mengajar maka ia akan perbaiki. Guru kreatif sangat memiliki banyak peluang untuk menjadi guru yang produktif. Karena apa? Karena pasti ada saja ide-ide menarik untuk melaksanakan pengajaran dengan berbagai model.

Jadi sudah tau kan gimana sih menjadi guru baik, kreatif, produktif dan menyenangkan? Eits bukan sampai sini saja saya juga akan mengupload artikel tentang Kemampuan Dasar Mengajar selanjutnya. Semoga apa yang kita cita-citakan tercapai.   

Referensi : Purnama, Diana S. "Implementasi Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Guru." Majalah Ilmiah Pembelajaran, no. 2, 10 Oct. 2008. https://nursbio.wordpress.com/2016/09/05/kecerdasan-majemuk-multiple-intelengent-dan-kreatifitas/ Fatonah, Siti. "Menumbuhkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Anak dengan Mengenal Gaya Belajarnya dalam Pembelajaran IPA SD." Al-Bidayah, vol. 1, no. 2, 2009, doi:10.14421/al-bidayah.v1i2.61. http://ghozinge.blogspot.com/2010/10/guru-kreatif-produktif-dan-efetif-bagi.html https://www.tripven.com/problem-based-learning/ https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/102

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun