Mohon tunggu...
Alifani Juliantika
Alifani Juliantika Mohon Tunggu... Mahasiswa Pascasarjana PJJ PAI UIN Cirebon

“Kebaikan kecil, tulisan sederhana, bisa jadi benih perubahan. Karena bagi saya, hal kecil selalu berarti.”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemikiran Pendidikan Islam Fatima Mernissi

20 Oktober 2025   11:21 Diperbarui: 20 Oktober 2025   11:21 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pembelajaran Sekolah Islam Muslimah, Sumber Pribadi

Di tengah dinamika pendidikan Islam modern yang kerap menghadapi tantangan ketimpangan gender, pemikiran Fatima Mernissi hadir sebagai oase yang memberikan warna baru. Sebagai feminis Muslim yang kritis terhadap norma patriarki, Mernissi mengajak kita untuk menilik kembali peran pendidikan perempuan sebagai kunci pembebasan dan kesetaraan. Tulisan ini mengupas bagaimana gagasan inklusifnya membuka ruang bagi perempuan dalam dunia pendidikan Islam, sekaligus menegaskan pentingnya reinterpretasi ajaran agama yang menghormati hak dan martabat semua insan, tanpa diskriminasi.

Pemikiran pendidikan Islam Fatima Mernissi membawa perspektif progresif yang sangat relevan untuk dikaji dalam konteks pendidikan kontemporer. Sebagai seorang feminis Muslim Maroko, Mernissi mengkritik norma patriarkal yang selama ini menggerogoti peran dan hak perempuan dalam masyarakat Muslim. Pendidikan perempuan menurutnya adalah kunci utama pemberdayaan serta kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan.

Mernissi melihat bahwa dalam kitab suci Al-Qur'an dan hadis, tidak ada larangan bagi perempuan untuk menuntut ilmu; justru Islam mewajibkan pencarian ilmu bagi setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin. Hal ini menjadi dasar penting dalam gerakan feminisme Islam yang ia perjuangkan, di mana pendidikan menjadi alat strategis untuk menciptakan masyarakat yang adil dan setara secara gender.

Dalam tulisannya, Mernissi menggunakan pendekatan reinterpretasi ajaran Islam yang inklusif, berusaha menyeimbangkan antara nilai agama dengan hak-hak perempuan. Ia juga menyoroti pentingnya pendidikan yang tidak diskriminatif dan memberikan ruang yang adil bagi perempuan untuk berkembang. Menariknya, dia juga mengemukakan metode pemberdayaan perempuan melalui industri media dan terjemahan karya-karya ilmiah dari bahasa asing, yang membuka akses perempuan Muslim terhadap pengetahuan global.

Di sisi lain, Fatima Mernissi mengakui adanya perbedaan gender sebagai sunnatullah yang tak terhindarkan, namun menggarisbawahi bahwa perbedaan ini harus tetap dalam batas normatif yang tidak menghilangkan hak asasi manusia dan nilai-nilai agama. Kritiknya terhadap struktur patriarki tidak hanya berdimensi sosial, tapi juga agama, mendesak pembaruan pemahaman yang lebih inklusif dan adil.

Pemikiran Mernissi menginspirasi gerakan feminis Muslim dalam memperjuangkan inklusivitas dan keadilan gender, terutama dalam dunia pendidikan Islam. Ia membuka jalur dialog yang sangat penting agar pendidikan Islam dapat menjadi wadah penerimaan dan penguatan peran perempuan, bukan sebagai objek belaka, melainkan sebagai subjek utama yang sama-sama berhak untuk berkembang.

Pemikiran Fatima Mernissi membuka wawasan bahwa pendidikan Islam harus mampu merangkul sekaligus memberdayakan perempuan secara setara. Dalam era modern yang terus berubah, suara feminis seperti Mernissi penting untuk terus didengar dan diresapi. Mernissi mengingatkan kita bahwa pendidikan tak hanya harus mengasah kecerdasan intelektual, tetapi juga mesti menghadirkan keadilan dan inklusivitas dalam soal gender . Dengan mengintegrasikan nilai keagamaan dan kesetaraan, pendidikan Islam dapat menjadi fondasi kuat bagi terciptanya masyarakat yang harmonis, demokratis, dan berkeadilan. Marilah kita terus memperjuangkan visi pendidikan yang memerdekakan dan menyejahterakan seluruh insan tanpa terkecuali.

Untuk dunia pendidikan kontemporer, pemikiran Fatima Mernissi memberikan pijakan etis dan intelektual dalam merancang sistem yang tidak hanya berorientasi pada aspek akademik, tetapi juga berkeadilan gender. Ini berarti kurikulum dan kebijakan pendidikan harus mampu mengakomodasi kebutuhan perempuan dan menghapus segala bentuk diskriminasi dalam proses belajar mengajar.

Kesimpulannya, pendidikan menurut pandangan Fatima Mernissi adalah instrumen penting dalam merevolusi status sosial perempuan dalam Islam. Melalui pendekatannya yang berakar pada ajaran agama sekaligus inklusif, Mernissi menyumbangkan pemikiran yang membuka ruang kesetaraan gender yang sejati dan menjadi pendorong kemajuan pendidikan Islam modern yang adil dan merata. Opini ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan pendidikan Islam yang lebih demokratis dan responsif terhadap keberagaman gender di zaman sekarang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun