Sebagai mahasiswa yang merantau, mudik lebaran selalu menjadi momen yang paling saya tunggu. Setelah berbulan-bulan jauh dari keluarga, rasanya pulang kampung jadi hal yang sangat spesial. Momen ini sudah menjadi bagian dari rutinitas tahunan saya. Setiap kali liburan tiba, saya kembali ke kampung halaman di Batam. Jalanan yang biasanya penuh sesak kini menjadi lebih lengang. Orang-orang mulai bergegas kembali ke rumah mereka untuk merayakan hari kemenangan bersama keluarga. Begitu juga dengan saya, yang tak sabar untuk segera berkumpul bersama orang-orang tercinta.
Meski sudah menjadi rutinitas, setiap kali mendekati waktu keberangkatan, perasaan saya selalu campur aduk. Ada rasa antusias yang luar biasa untuk kembali ke rumah, bertemu keluarga, dan tentu saja menikmati hidangan Lebaran yang selalu dinanti. Tapi di sisi lain, ada juga sedikit kecemasan yang menggantung. Tugas kuliah yang belum tuntas dan UTS yang sudah menunggu setelah libur lebaran membuat saya agak terbebani. Namun, saya berusaha untuk menenangkan diri dan berkata, "lupain bentar deh, nikmatin aja dulu liburannya."
Pada tanggal 25 Maret 2025, saya mudik. Seperti biasa, saya mulai mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Saya memastikan semuanya sudah lengkap, mulai dari tiket pesawat hingga barang-barang pribadi yang harus dibawa pulang. Saya memutuskan untuk menggunakan pesawat agar bisa langsung tiba di Batam, karena jika menggunakan kereta, saya harus transit dulu di Jakarta. Perjalanan dari kost saya ke Bandara Adisucipto memakan waktu sekitar dua jam. Meskipun cukup jauh, saya tidak merasa terbebani, karena sudah terbiasa bepergian sendirian.
Sesampainya di bandara, suasana sudah cukup ramai. Kebanyakan orang di sana adalah para pemudik yang sama seperti saya, ingin pulang untuk merayakan Lebaran. Meski saya berangkat sendirian, suasana di bandara yang penuh dengan orang-orang yang juga hendak mudik, membuat saya merasa lebih tenang. Rasanya seperti ada perasaan yang menghubungkan antara saya dan mereka, meskipun kita tidak saling mengenal. Setelah melakukan check-in dan melewati pemeriksaan keamanan, saya menuju ruang tunggu. Saya duduk dan bersandar di kursi, mulai meresapi suasana sekitar. Beberapa orang sibuk berbicara dengan keluarga atau teman, sementara ada juga yang tenang menunggu penerbangannya. Saya sendiri memandang keluar kaca, membiarkan pikiran saya melayang, sesekali membuka ponsel untuk membalas chat teman-teman.Â
Tak lama setelah pengumuman boarding, saya bergegas menuju gate keberangkatan dan masuk ke pesawat. Kursi saya berada di dekat jendela sayap. Setelah beberapa saat, pesawat akhirnya lepas landas. Ketika pesawat mulai meninggalkan tanah, saya merasa sedikit lebih santai. Saya menatap ke luar jendela, menikmati pemandangan awan putih bersih dan langit yang semakin biru. Di pesawat, saya lebih banyak menghabiskan waktu sendirian, menikmati kedamaian dalam perjalanan. Sesekali, saya membaca buku atau hanya menghayal tentang rencana-rencana setelah tiba di kampung halaman. Ini adalah waktu saya untuk bersantai, sebelum kembali terjun ke dunia kuliah yang penuh tekanan.
Setelah beberapa jam terbang, pesawat akhirnya mendarat dengan mulus di Bandara Hang Nadim Batam. Begitu keluar dari pesawat, saya langsung menuju area pengambilan bagasi. Setelah mengambil barang-barang saya, saya menuju area kedatangan dan melihat orang tua serta adik-adik saya sudah menunggu di sana. Pelukan hangat langsung menyambut. Rasanya, semua rindu yang terkumpul selama berbulan-bulan akhirnya terbayar tuntas. Sesampainya di rumah, saya disambut dengan hidangan favorit saya, ayam kecap, serta berbagai makanan lezat lainnya. Inilah momen yang selalu saya tunggu-tunggu—kembali ke rumah, merayakan kebersamaan dengan keluarga, dan menikmati masakan yang sudah lama tidak saya rasakan. Selama liburan Lebaran, saya bisa merasakan kembali kehangatan rumah, dan itu menjadi hal yang sangat berharga, meskipun hanya sebentar.
Ada sesuatu yang sangat spesial dalam berkumpul dengan keluarga. Momen ini memberi saya kesempatan untuk bertukar cerita dan menikmati kebersamaan bersama mereka. Namun, saat-saat seperti ini, perasaan campur aduk selalu muncul ketika harus kembali ke Jogja. Mudik selalu menjadi momen yang berat untuk dilepaskan, tetapi saya tahu, setelah Lebaran ini, saya harus kembali ke rutinitas kuliah yang sudah menanti. Siap atau tidak, suka atau tidak, saya harus kembali ke kota pelajar yang sudah menjadi rumah kedua bagi saya. Mudik sendirian memberi saya banyak pelajaran berharga. Perjalanan panjang ini bukan hanya tentang sampai di tujuan, tapi lebih tentang proses perjalanan itu sendiri. Mudik adalah waktu untuk kembali, merayakan kebersamaan, dan menyegarkan jiwa serta raga yang lelah. Itulah sebabnya mudik Lebaran selalu menjadi momen yang penuh makna bagi saya—sebagai mahasiswa perantauan, yang selalu merindukan kebersamaan dan kenyamanan yang hanya bisa ditemukan di rumah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI