Mohon tunggu...
Alief El_Ichwan
Alief El_Ichwan Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis

mantan wartawanI Penulis LepasI Menulis artikel-cerpen-puisi-perjalan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gowes Solo Keliling Bali Bukan untuk Menikmati Seni

19 Maret 2017   17:15 Diperbarui: 19 Maret 2017   17:36 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Besoknya (Selasa, 3/7) setengah enam pagi, kembali melanjutkan perjalanan. Masih cukup sepi. Saya meyakinkan arah yang saya tempuh benar. Terlebih melihat mobil-mobil pribadi melaju  searah yang saya tuju. Bukan hanya berpelat DK, P, juga beberapa B. Saat ini, sedang musim liburan.

Nyaris Mabuk Laut

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Saya pernah ke Bali, tapi tiga puluh tahun yang lalu. Dulu, saya tak merasakan bagaimana menyebrang dengan kapal fery. Saat itu, ke Bali dengan menggunakan mobil. Namun saat ini, ada ketegangan sendiri. Begitu masuk ke perut kapal saya simpan sepeda di dekat kios yang jualan nasi bungkus dan minuman berbagai merk kopi instan.

Kapal terasa bergoyang-goyang. Mendadak perut terasa mual dan kepala pening. “Ah, dasar kampungan,” bisik hati, maenya(masa sih) harus mabuk laut. Saya hirup udara dalam-dalam, agar udara memenuhi rongga kepala. Namun tak membantu. Terlebih ketika kapal akan mulai berangkat. Pintu kapal seperti susah ditutup. Saya berpikir: rasanya muatan kapal ini terlalu penuh. Mobil truk yang terakhir masuk, hanya sehasta dari pintu kapal.

Ombak laut selat Bali kali ini sedang besar. Saya seperti berada dalam perut ikan paus. Semburan ombak ke luar dari celah pintu kapal yang sepenuhnya belum tertutup. Mirip seperti semburan dari punggung ikan paus. Air laut melimpas ke dalam. Bahkan menyentuh ban sepeda. Padahal jaraknya cukup jauh. Sepeda yang saya bawa hanya semeter dari dari tangga naik ke bagian penumpang yang ada atas.

Tapi saya tak mencoba untuk naik ke sana. Untunglah, ketika kapal mulai berjalan seorang penumpang mengajak berbincang. Ternyata dia seorang petugas dari pelabuhan Gilimanuk. Ayahnya dari Tasik, sedangkan ibunya dari Bali. “Saya ditinggalkan bapa saya sejak usia empat tahun,” tanpa diminta, dia bercerita perjalanan hidupnya ketika masih kanak-kanak.

Dengan berbincang begitu, perasaan mabuk laut saya hilang. “Memang harus begitu, jangan bengong atau diam saja, kalau mau lebih aktrab lagi dengan laut minum sesendok air laut,” lanjutnya, ketika kapal fery akan merapat di pelabuhan Gilimanuk.

Setelah ke luar dari pelabuhan Gilimanuk, perjalanan saya keliling di Bali dimulai memasuki Taman Nasional Bali Barat dari arah Selatan. Bagi yang langsung ke Denpasar dengan naik pesawat, mungkin tak akan memasuki daerah ini. Atau bagi yang memakai bus atau mobil pribadi, mungkin tak akan “beruntung” menyaksikan seekor biawak yang mirip komodo.

Cukup mengejutkanterdengar suara “ngagurusuk” (gemeresak) di semak-semak. Seekor biawak yang panjangnya lebih serentangan tangan orang dewasa lari terbirit-birit. Saya juga menemukan ayam liar dan kera. Dua bangkai kera terlihat terkapar di jalan. Keduanya mungkin tersambar mobil atau bus, ketika hendak menyebrang.

Saat ada sebuah rumah yang merangkap warung –masih dikawasan Taman Nasional Bali Barat --, saya membeli air minum. Ada dua orang anak muda yang sedang nangkring. Setelah bertanya arah ke Denpasar, salah seorang bercerita tentang orang bule yang bersepeda beberapa waktu lalu. Ketika saya sebutkan ciri-cirinya, ternyata mereka adalah sepasang suami dari Perancis yang sedang keliling dunia dan sempat mampir ke Bandung. Ketika tim bersepeda Srikandi II di Bandung, keduanya sempat gowes bareng bersama mas Paimo ke CFD.

Menggowes dari arah jalur Selatan, cukup menguras tenaga. Jalanan yang ditempuh menanjak sedikit demi sedikit. Meski berada dipinggiran laut, kontur jalan tak datar seperti menyusuri jalan di pantai selatan Jawa Barat. Tiupan angin dari arah sisi kanan cukup kencang. Terlebih ketika datang bus depan. Gowesan sempat beberapa kali terasa menggowes di tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun