Mohon tunggu...
Ali Arief
Ali Arief Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Saya berasal dari Kota Medan...berkarya dan berkreativitas dibutuhkan kemauan dan keyakinan untuk tetap konsisten di jalur kejujuran dan kebenaran...tetap belajar memperbaiki diri...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salahkah Aku Menghakimimu?

9 Juli 2020   15:09 Diperbarui: 9 Juli 2020   15:34 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sikap Rio yang keras kepala terkadang membuat kebanyakan orang merasa kesal. Rio tidak suka disuruh maupun diatur-atur karena hal sepele. Seperti meletakkan benda-benda yang menurutnya tidak harus dipindah atau diubah posisinya

 Atau pendapat yang menurutnya akan lebih baik jika sesuatu itu dikerjakan hingga selesai tanpa harus diulur-ulur waktunya. Tentu saja tidak semua orang harus mengikuti keinginannya. Aku sebagai sahabat dekatnya pun harus mengurut dada jika berseberangan pendapat dengannya.

Menurutku Rio harus memahami, bahwa dirinya tidak boleh mempertahankan pendapatnya jika merugikan orang lain. Ia harusnya dapat memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan ide ataupun gagasan sehingga menerima perbedaan.

Bahkan dari perbedaan pandangan itu akan menciptakan perubahan pemikiran dan kedewasaan bertindak. Namun bagi Rio, perbedaan pandangan dianggap sebagai penghalang untuk menyampaikan maksud dan keinginan dirinya. 

Aku sebagai temannya pun harus ekstra sabar, ketika Rio mengajakku ke sebuah warung kopi yang lokasinya tidak jauh dari simpang halte. Ia memesan secangkir kopi susu dan semangkuk bubur ayam, sedangkan aku hanya memesan secangkir teh panas.

Sambil menikmati minuman yang telah berada di depanku, Rio mencoba untuk membuka perbincangan yang isinya tentang permasalahan pembayaran rekening listrik yang dianggap merugikan konsumen. Tentu saja masalah tersebut menarik untuk dibicarakan dan diperbincangkan, akan tetapi baru lima menit aku dan Rio larut dalam perbincangan tersebut muncul seorang laki-laki menghampiriku dan Rio.

Laki-laki berbaju kemeja hitam itu duduk di sampingku dan berjabat tangan. Erwan, teman semasa aku dan Rio masih di SMA. Ia pun ikut bergabung dalam perbincangan, dan kami melanjutkan pembicaraan tentang masalah kenaikan rekening listrik.

Awalnya perbincangan kami bertiga berjalan normal, namun setelah diberikan kesempatan menanggapi permasalahan tersebut, Rio seperti biasa tidak sepaham dengan pandanganku dan Erwan mengenai solusi yang menurut kami berdua sama.

Rio bersikeras dengan pendapatnya, lalu beranggapan jika aku dan Erwan terlalu simpel dalam memberikan argumentasi. Sesaat aku dan Erwan terdiam untuk mencairkan suasana dari perbedaan argumentasi. Aku dan Erwan sangat memaklumi karakter Rio, hanya anggukan dan senyuman saja yang kami berikan saat Rio menyampaikan pandangannya. Walaupun di dalam hatiku, apa yang diungkapkan Rio sangat bertolak belakang dengan yang terjadi di tengah masyarakat berkenaan dengan dampak naiknya iuran rekening listrik. Akhirnya, aku dan Rio beserta Erwan meninggalkan warung kopi tersebut untuk kembali melakukan aktivitas masing-masing. 

Keesokan harinya, aku dan Rio duduk sambil 'nongkrong' di taman kota, sambil menikmati keindahan lingkungan sekitar taman. Tanpa disengaja muncul perbincangan kecil yang berkenaan dengan masalah sampah yang selalu dibuang sembarangan oleh oknum yang tidak peduli akan kebersihan taman. Aku menyimak dengan baik penuturan dan pendapat dari Rio hingga pada titik klimaksnya, dengan menyanggah apa yang diungkapkan Rio.

"Cukup Rio, apapun yang telah engkau ungkapkan itu tidak semuanya benar. Setiap orang mempunyai hak untuk berbicara, tetapi tidak semua keinginan dari pendapat yang kita sampaikan harus didengarkan orang lain. Hargailah perbedaan pendapat yang tujuannya mengarah pada kritikan yang benar, bukan karena keinginan untuk didengar."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun