Mohon tunggu...
Ali Aminulloh
Ali Aminulloh Mohon Tunggu... Dosen

Hidup ini adalah ibadah, maka jalani kehidupan ini penuh makna dengan segenap ketulusan hati, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan sejati dimanapun dan kapanpun dan dalam situasi apapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Kreativitas di PKBM Al-Zaytun Melalui Kompetisi

19 Juli 2025   21:13 Diperbarui: 19 Juli 2025   21:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Membangun Kreativitas di PKBM Al-Zaytun Melalui Kompetisi 

Oleh Ali Aminulloh

Sabtu, 19 Juli 2025, Gedung Bazaar Al-Zaytun bukan lagi sekadar struktur fisik, melainkan kanvas hidup yang dipenuhi warna-warni asa. Lantai satu gedung itu menjelma galeri megah, dihiasi sederet stan yang memamerkan warga belajar: produk makanan, minuman, fesyen, dan aneka keterampilan tangan. Setiap sudut memancarkan semangat, setiap produk bercerita tentang ketekunan. Inilah puncak dari Lomba Kreativitas Warga Belajar Berbasis Kearifan Lokal, sebuah perayaan jiwa yang menjadi bagian tak terpisahkan dari peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80. Hartono, S.Pd., selaku penjab acara dengan bangga menjelaskan, bahwa ini adalah simfoni kreativitas yang telah lama dinanti.

Mengukir Potensi, Merajut Kemandirian: Suara Hati dari PKBM

Pagi itu, udara dipenuhi getaran kebangsaan. Lagu Indonesia Raya tiga stanza, disusul Hymne dan Mars PKBM Al-Zaytun, mengalun syahdu, menyatukan setiap hati dalam satu tarikan napas. Dr. Ali Aminulloh, M.Pd.I., M.E., Kepala PKBM Al-Zaytun, berdiri di mimbar, suaranya penuh haru dan kebanggaan.
"Alhamdulillah, hari ini kita dapat melaksanakan salah satu rangkaian kegiatan dalam peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80 tahun 2025," ujarnya, sorot matanya memancarkan kebahagiaan. "Lomba kreativitas warga belajar ini bukanlah acara biasa. Ini adalah bentuk implementasi nyata dari proses pembelajaran berbasis pemberdayaan yang selama ini kita upayakan di PKBM Al-Zaytun."
Beliau melanjutkan, menjelaskan bahwa acara ini adalah lomba ketiga, setelah sebelumnya sukses menggelar cerdas cermat serta cipta puisi dan lagu. "Semuanya merupakan bagian dari aktualisasi hasil Workshop Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat PNFI pada tanggal 7 sampai 9 Juli lalu, di mana saya hadir secara langsung," tambahnya, menegaskan landasan ilmiah di balik setiap langkah.
"Dari workshop tersebut kami mendapat peneguhan bahwa tujuan utama pendidikan nonformal adalah memberdayakan warga belajar. Kita ingin mereka memiliki kompetensi, tumbuh percaya diri, dan akhirnya mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial." Dr. Ali menekankan bahwa warga belajar PKBM Al-Zaytun, yang mayoritas berusia 40 tahun ke atas, sesungguhnya telah memiliki segudang pengalaman dan keterampilan. "Tugas kita adalah memberikan ruang bagi mereka untuk menoleh kembali pada potensi yang pernah dimiliki, dan memberi dorongan agar mereka terus tumbuh."
Melalui lomba ini, keterampilan mereka diasah, bukan hanya dalam produksi, tetapi juga presentasi dan promosi. "Kami pun berupaya menyiapkan daya dukung, termasuk pelatihan pemasaran digital dan pemanfaatan media sosial. Harapannya, setelah memiliki kompetensi dan kepercayaan diri, warga belajar bisa benar-benar mandiri," pungkasnya, sebelum menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung. Sebuah video proses produksi karya warga belajar kemudian ditayangkan, memperlihatkan jejak keringat dan dedikasi di balik setiap produk. Tayangan ini menegaskan bahwa produk yang dipamerkan adalah original hasil karya sendiri.

Harmoni Bakat dan Apresiasi: Jembatan Menuju Panggung Kesuksesan

Suasana semakin hangat ketika Bunda Emilia Iskandar, S.Pd., M.M., Kepala Bidang PNFI Dinas Pendidikan Indramayu, menyambut inisiatif PKBM Al-Zaytun. "Saya sangat mengapresiasi dan menyambut hangat inisiatif PKBM Al-Zaytun dalam menyelenggarakan lomba kreativitas warga belajar berbasis kearifan lokal," ucapnya penuh semangat. "Ini adalah bukti bahwa PKBM Al-Zaytun mampu menjawab tantangan pendidikan nonformal hari ini dengan pendekatan yang kreatif, menyenangkan, sekaligus penuh makna."
Beliau menegaskan relevansi kegiatan ini dengan agenda pembaharuan Disdik Indramayu, yakni validitas data dan pembangunan jiwa kewirausahaan. "Apa yang dilakukan oleh PKBM Al-Zaytun hari ini adalah bentuk nyata dari pemberdayaan berbasis keterampilan dan potensi lokal. Kegiatan seperti ini tidak hanya memperkuat pembelajaran, tapi juga membangun karakter, membentuk identitas, dan membuka peluang ekonomi bagi warga belajar."
Kebanggaan Bunda Emil tak terbendung melihat kemeriahan dan semangat acara. "Saya sangat bangga karena kegiatan ini dilaksanakan secara meriah, rapi, dan penuh semangat. Warga belajar tampil percaya diri, kreatif, dan produktif. Ini adalah hasil dari proses pembinaan yang luar biasa." Tak hanya pujian, Bunda Emil juga membuka gerbang kesempatan emas. Beliau mengundang para pelaku UMKM terbaik dari PKBM Al-Zaytun untuk mengikuti pameran di Kantor Dinas Pendidikan Indramayu pada 6 Agustus 2025, yang akan dihadiri Bupati, serta pameran tingkat provinsi di Bandung pada 9 September mendatang. "Saya yakin, produk-produk warga belajar dari PKBM Al-Zaytun akan tampil menjadi yang terbaik di antara yang baik," harapnya, mengakhiri sambutan dengan optimisme.
Selepas sambutan, panggung disemarakkan oleh Tari Bungo Jumpo yang memesona dari warga belajar Paket C. Gerakan gemulai berpadu seragam indah, menciptakan harmoni yang memukau. Secara spontan, Bunda Emil tampil ke depan, memodifikasi tarian sebagai ice breaking pembelajaran. Respons serempak dari warga belajar yang masih mengingat dan mempraktikkan gerakan itu membuat Bunda Emil kagum. Sebuah bukti nyata bahwa pembelajaran di Al-Zaytun tak hanya menyentuh pikiran, tetapi juga mengukir jejak di hati dan gerak tubuh.

Jejak Karya, Jejak Hati: Proses Penilaian dan Puncak Kebersamaan

Proses penilaian pun berlangsung cermat, dipimpin oleh tim juri yang terdiri dari Bunda Emil, dua tutor senior, dan dua penilai independen dari guru Al-Zaytun. Mereka berkeliling dari satu stan ke stan lain, mendengarkan dengan saksama penjelasan dari juru bicara setiap kelompok. Nama produk, bahan, proses pembuatan, hingga manfaatnya dipaparkan dengan lugas. Tim juri berkesempatan mencicipi aneka hidangan lezat dan mengagumi kerajinan tangan inovatif dari barang bekas yang disulap menjadi bunga, baju, tas, dan lainnya. Setiap karya adalah manifestasi dari ide, kerja keras, dan kearifan lokal.
Sambil menanti rekapitulasi nilai yang menegangkan, panggung kembali diisi oleh persembahan juara kedua lomba cipta puisi dan cipta lagu. Slamet Riyadi dari Paket C membacakan puisinya yang berjudul "PKBM Al-Zaytun" dengan penghayatan mendalam, sementara Iis Kurniati melantunkan lagu ciptaannya, "Semangat Untuk PKBM Al-Zaytun," menggetarkan hati para hadirin.
Detik-detik yang dinanti pun tiba. Pengumuman juara menjadi puncak ketegangan dan kebahagiaan. Juara pertama diraih oleh Kelas Paket A, juara kedua oleh Paket C kelas C1, dan juara ketiga dibagi dua, yaitu Kelas Paket B1 dan B3. Lebih dari sekadar piala, kemenangan ini adalah simbol dari keberanian, ketekunan, dan kebersamaan yang telah terjalin.
Momen kebersamaan mencapai puncaknya saat lagu "Kemesraan" dari Iwan Fals mengalun. Awalnya hanya Kepala PKBM dan penyiar Prima FM, Indah, yang bernyanyi, namun kemudian diikuti oleh Kabid PNFI dan suami, para tutor, dan seluruh warga belajar. Mereka larut dalam kesyahduan lagu, tangan-tangan terangkat dengan cahaya ponsel, menciptakan lautan bintang di dalam gedung. Sebuah ending acara yang epik, di mana kebahagiaan meresap ke setiap relung jiwa, melampaui batas kompetisi, menyisakan kesan mendalam yang tak terlupakan. Setelah acara ditutup, rombongan Kabid PNFI menuju restoran Al Islah untuk makan siang, membawa serta kenangan manis dari sebuah hari yang penuh inspirasi.

Epilog: Gema Kemerdekaan dari Hati yang Bersemi

Di balik dinding Gedung Bazaar yang kini sepi, gema tawa dan nyanyian "Kemesraan" masih terasa. Bukan hanya produk yang tercipta, melainkan jiwa-jiwa yang terlahir kembali, menemukan makna kemerdekaan sejati dalam berkarya. Al-Zaytun, dengan segala kearifan dan inovasinya, telah membuktikan bahwa pendidikan adalah jembatan menuju kemandirian, bahwa setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki potensi tak terbatas untuk berkontribusi pada bangsa.
Kisah ini adalah tetesan embun yang menyegarkan di tengah gurun tantangan. Ia adalah bukti bahwa di usia senja pun, semangat belajar tak pernah padam, dan kreativitas tak mengenal batas. Dari tangan-tangan yang pernah terabaikan, kini lahir karya-karya yang bernilai, siap menembus pasar, siap menginspirasi. Ini adalah simfoni kemerdekaan yang diukir dengan ketekunan, kepercayaan diri, dan kebersamaan. Sebuah warisan tak ternilai bagi generasi mendatang, bahwa hidup adalah tentang terus tumbuh, terus berkarya, dan terus menebar manfaat, hingga setiap helaan napas menjadi bait puisi yang menyentuh kalbu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun