Kaum Sufi: Jalan Sunyi Menuju Cinta Ilahi
Pendahuluan
Dalam sejarah panjang Islam, kaum sufi dikenal sebagai para pengembara batin yang menempuh jalan penyucian diri untuk mencapai ma'rifatullah, yaitu pengetahuan mendalam tentang Allah melalui pengalaman rohani. Tasawuf, yang menjadi dasar gerakan mereka, bukanlah bentuk pelarian dari dunia, melainkan pencarian makna terdalam dari kehidupan.
Sebagaimana dikatakan oleh Harun Nasution (1983) dalam Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, tasawuf lahir sebagai reaksi terhadap kehidupan umat Islam yang mulai materialistis, serta sebagai usaha mengembalikan orientasi jiwa menuju Allah. Dengan demikian, kaum sufi berperan menjaga dimensi spiritual Islam agar tetap hidup di tengah dunia yang semakin profan.
Hakikat Kaum Sufi
Istilah sufi memiliki beberapa asal-usul etimologis. Sebagian ulama menurunkannya dari kata f (wol), pakaian sederhana yang melambangkan kerendahan hati dan keikhlasan. Ada pula yang mengaitkannya dengan af' (kemurnian hati). Maka, sufi berarti mereka yang berusaha mencapai kesucian batin dan kedekatan dengan Allah.
Reynold A. Nicholson, dalam The Mystics of Islam (1914), menjelaskan bahwa tasawuf adalah "usaha mencapai kesadaran langsung terhadap kehadiran Tuhan melalui cinta dan penyucian diri." Dengan kata lain, kaum sufi bukan hanya berpikir tentang Tuhan, tetapi hidup bersama Tuhan dalam kesadaran spiritual yang terus tumbuh.
Jalan Spiritual dan Maqam Sufi
Perjalanan kaum sufi disebut thariqah, yakni jalan menuju Allah melalui tahapan maqamat (tingkatan spiritual). Di antara maqamat itu ialah:
1. Tobat (taubah) - kesadaran batin untuk kembali kepada Allah dengan penyesalan sejati.
2. Zuhud - menjauhkan hati dari ketergantungan duniawi.