Mohon tunggu...
ALI AKBAR HARAHAP
ALI AKBAR HARAHAP Mohon Tunggu... Kader HMI

Buat video youtube

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Nurani Dibelenggu: Menyelamatkan Kemanusiaan dari Krisis Moral

15 Oktober 2025   09:36 Diperbarui: 15 Oktober 2025   09:36 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sayangnya, dalam realitas politik kontemporer, kebebasan nurani kerap digantikan oleh politik kepentingan dan pencitraan. Banyak pejabat yang secara rasional tahu apa yang benar, tetapi memilih diam demi keamanan posisi. Inilah yang oleh Hannah Arendt (1963) disebut sebagai "the banality of evil" - kejahatan yang lahir bukan dari kebencian, melainkan dari keengganan mendengar suara nurani sendiri.

Fenomena ini juga terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia, ketika keberanian moral digantikan oleh kalkulasi pragmatis. Padahal, pembangunan bangsa memerlukan manusia yang berani mendengarkan nuraninya - yang berani mengatakan benar meski sendirian.

Etika Kebebasan Nurani dalam Perspektif Islam

Islam memandang kebebasan nurani bukan sebagai ancaman terhadap otoritas agama, melainkan sebagai ekspresi kejujuran iman. Nabi Muhammad SAW sendiri menolak pemaksaan keyakinan dan memberi ruang dialog bahkan kepada yang berbeda. Dalam Sirah Nabawiyah, beliau bersabda:

 "Aku diutus bukan untuk memaksa, melainkan untuk menyampaikan." (HR. Ahmad).

Ulama kontemporer seperti Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity menegaskan bahwa kebebasan nurani adalah landasan bagi ijtihad, yaitu kebebasan berpikir dalam menafsirkan kehendak Tuhan sesuai konteks zaman. Tanpa kebebasan nurani, umat hanya menjadi pengikut tanpa daya refleksi.

Analisis: Krisis Nurani dalam Dunia Modern

Krisis kemanusiaan modern sejatinya berakar pada krisis nurani. Ketika manusia terperangkap dalam rutinitas materialistik dan hedonistik, nurani menjadi tumpul. Media massa, kekuasaan, dan algoritma digital kini mengarahkan kesadaran manusia, menggantikan suara hati dengan opini publik.

Secara sosiologis, kondisi ini mencerminkan apa yang disebut mile Durkheim (1897) sebagai anomie - keadaan

 di mana norma-norma moral melemah, dan individu kehilangan pedoman batin. Akibatnya, masyarakat kehilangan arah etik meskipun teknologi dan pendidikan maju.

Oleh karena itu, kebebasan nurani bukan sekadar isu filsafat, tetapi menjadi fondasi pembangunan bangsa. Negara yang menghargai nurani warganya akan melahirkan politik yang beradab, hukum yang adil, dan kebudayaan yang manusiawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun