Islam dan Mitologi: Antara Imajinasi Budaya dan Realitas Wahyu
Pendahuluan
Dalam sejarah peradaban manusia, mitologi berperan penting sebagai cara masyarakat menjelaskan dunia, asal-usul manusia, serta hubungan mereka dengan alam gaib. Mitologi hadir di hampir semua kebudayaan mulai dari Yunani, Mesir, hingga Nusantara sebagai wujud pencarian makna eksistensial. Namun, ketika Islam datang, konsep mitologi harus ditempatkan dalam bingkai tauhid. Islam membawa pencerahan yang menolak unsur tahayul dan khurafat, tetapi tetap menghargai simbol-simbol budaya sebagai ekspresi nilai-nilai kemanusiaan.
1. Mitologi dan Pandangan Islam
Mitologi pada dasarnya adalah konstruksi naratif kolektif yang berisi penjelasan simbolis atas realitas. Mircea Eliade menyebut mitos sebagai "kisah suci yang menjelaskan realitas tertinggi bagi suatu komunitas." Akan tetapi, dalam Islam, realitas tertinggi hanya milik Allah SWT, bukan hasil ciptaan pikiran manusia. Karena itu, mitologi yang menuhankan makhluk atau mengandung sistem politeistik bertentangan dengan ajaran Islam.
Al-Qur'an memberikan kisah-kisah yang secara struktur mirip dengan mitos yakni berbentuk naratif, penuh simbol, dan memuat nilai-nilai moral tetapi bedanya, kisah Qur'ani berasal dari wahyu dan memiliki dimensi historis serta spiritual yang benar.
Sebagaimana firman Allah SWT:
 "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Ia bukanlah cerita yang dibuat-buat..."
(QS. Yusuf: 111)
Dengan demikian, kisah-kisah dalam Al-Qur'an bukan mitos, melainkan wahyu yang mengandung hikmah dan nilai edukatif.
2. Mitologi dan Akulturasi Islam di Nusantara