Hikmah mencakup pemilihan kata, konteks, dan strategi komunikasi. Dakwah tanpa hikmah bisa menimbulkan resistensi, bukan penerimaan. Yusuf al-Qaradawi (Fiqh al-Da'wah, 1998) menekankan bahwa metode yang tepat membuat pesan dakwah diterima dan efektif.
4. Dakwah dan Hegemoni Budaya
Antonio Gramsci dalam Selections from the Prison Notebooks (1971) menjelaskan konsep hegemoni: dominasi budaya yang memengaruhi cara berpikir masyarakat. Dakwah yang hanya ritual tanpa menyentuh realitas sosial rentan kalah oleh dominasi nilai sekuler. Pejuang dakwah perlu menjadi intelektual organik, menghubungkan teks suci dengan konteks sosial umat.
5. Ruang Publik Dakwah
Jrgen Habermas (The Structural Transformation of the Public Sphere, 1989) menekankan pentingnya ruang publik deliberatif. Dakwah modern harus mengisi ruang publik digital dengan konten yang argumentatif, bukan sekadar viral emosional. Literasi media menjadi kunci agar pesan dakwah tidak tereduksi menjadi sensasi.
6. Sabar dan Ketahanan
Allah berfirman:
"Dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155)
Ibn Qayyim al-Jawziyyah (Madarij al-Salikin, 1996) menegaskan bahwa kesabaran adalah fondasi keberhasilan dakwah. Tanpa sabar, dakwah mudah berhenti di tengah jalan, meski niat dan ilmu sudah kuat.
7. Akhlak Da'i sebagai Teladan
Rasulullah dikenal sebagai uswah hasanah (QS. Al-Ahzab: 21). Akhlak menjadi ruh dakwah: kata-kata bisa ditolak, tetapi perilaku nyata sulit dipungkiri. Imam Malik menekankan bahwa ilmu tanpa akhlak kehilangan cahaya. Dakwah yang efektif lahir dari keseimbangan antara ilmu, metode, dan akhlak.