Pendahuluan
Dakwah merupakan inti risalah Islam. Ia tidak sekadar menyampaikan pesan agama, tetapi juga membangun kesadaran umat, menata moral publik, dan memperjuangkan keadilan sosial. Di era modern, dakwah menghadapi tantangan baru: globalisasi nilai, hegemoni media, serta fragmentasi sosial. Oleh karena itu, pejuang dakwah dituntut tidak hanya bersemangat, tetapi juga berilmu, berstrategi, dan berakhlak.
1. Luruskan Niat: Dimensi Teologis
Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari-Muslim)
Dakwah harus berangkat dari orientasi kepada Allah, bukan sekadar pencarian legitimasi sosial atau popularitas. Menurut Al-Ghazali dalam Ihya' Ulum al-Din, niat ikhlas merupakan ruh dari segala amal, tanpa itu, amal menjadi kosong (Al-Ghazali, 2005).
2. Dakwah sebagai Proses Pendidikan Kritis
Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed (1970) menekankan conscientization kesadaran kritis yang membangun kemampuan umat untuk membaca realitas sosial dan mengubahnya. Dakwah bukan sekadar penyampaian doktrin, tetapi upaya mencerdaskan umat secara kritis, sesuai konsep tazkiyatun nafs dalam Islam.
3. Hikmah dalam Dakwah: Dimensi Metodologis
Allah berfirman:
"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS. An-Nahl: 125)