Oleh: Ali Akbar Harahap, S.Kom., M.Sos.
Pendahuluan
Cina sering dipersepsikan dunia sebagai raksasa ekonomi dengan pertumbuhan pesat dan teknologi maju diera distrupsi sekarang ini di Tahun 2025 diprediksi publik akan terus berkembang melaju lebih menggeliat lagi. Namun di balik gemerlap gedung pencakar langit dan kekuatan industri, ada sisi lain yang jarang terungkap: kabar perih dari rakyat kecil yang menghadapi tekanan sosial, ekonomi, dan politik. Realitas ini mengingatkan kita bahwa pembangunan tanpa keseimbangan hak asasi dan keadilan sosial selalu menyisakan luka.
Buruh yang Menjadi Tulang Punggung
Pertumbuhan Cina sangat bergantung pada tenaga kerja murah. Jutaan buruh migran dari desa ke kota bekerja di pabrik-pabrik besar dengan jam kerja panjang dan upah minim. Laporan dari berbagai lembaga independen menunjukkan banyak buruh tidak memiliki jaminan sosial memadai. Hidup mereka keras, berpindah dari satu pabrik ke pabrik lain, dengan sedikit kesempatan untuk memperbaiki nasib. Di balik produk-produk murah yang membanjiri pasar dunia, ada keringat dan air mata yang tak terlihat.
Krisis Lingkungan dan Kesehatan
Kemajuan industri membawa dampak serius pada lingkungan. Polusi udara di kota besar, pencemaran sungai, hingga tanah yang terkontaminasi menjadi kenyataan sehari hari. Warga menghadapi penyakit pernapasan, kanker, dan masalah kesehatan lain yang mengancam generasi mendatang. Kabar perih ini jarang sampai ke panggung internasional, tertutup oleh narasi kemajuan ekonomi.
Tekanan Politik dan Kebebasan Sipil
Selain persoalan ekonomi dan lingkungan, kabar perih juga datang dari sisi politik. Pemerintah yang sangat kuat menekan ruang kebebasan berpendapat. Kritik dianggap ancaman, media dibatasi, dan masyarakat sipil bergerak dalam keterbatasan. Kasus kasus penahanan aktivis dan penyensoran informasi menjadi gambaran bagaimana kebebasan seringkali dikorbankan demi stabilitas politik.
Pelajaran untuk Indonesia
Mengapa kita perlu memperhatikan kabar perih dari Cina? Karena Indonesia, dengan populasi besar dan mimpi menjadi negara maju, bisa belajar dari sana. Pembangunan ekonomi tidak boleh melupakan hak-hak pekerja, keberlanjutan lingkungan, dan kebebasan rakyat. Pertumbuhan yang hanya mengejar angka tanpa kesejahteraan manusia akan melahirkan luka sosial yang sulit disembuhkan.
Penutup
Cina adalah contoh nyata bagaimana kemajuan bisa berdampingan dengan penderitaan yang tersembunyi. Ada sisi terang, ada pula sisi gelap. Kabar perih dari Cina seharusnya menjadi pengingat bagi kita: kemajuan sejati bukan hanya soal infrastruktur dan angka PDB, melainkan kesejahteraan, keadilan, dan kebebasan setiap manusia ini warning bagi halayak kusussnya para elit pengambil kebijakan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI