Mohon tunggu...
Alia Fathiyah
Alia Fathiyah Mohon Tunggu... Freelancer - A mom of 3- Writerpreneur, Getpost.id- IG: @aliafathiyah Twitter : @aalsya - Email: alsyacomm@gmail.com - visit : https://www.aliaef.com - Youtube: VLOG AAL

A mom of 3- Writerpreneur

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Asah Kepercayaan Diri Anak dengan Tunjuk Tangan yang Dipengaruhi Nutrisi dan Edukasi, Ini Kisah Atlet Greysia Polii

19 Desember 2022   06:31 Diperbarui: 19 Desember 2022   07:19 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shiera Syabila Maulidya, Senior Brand Manager SGM Eksplor (Foto: Alia)

Bismillah, 

Pertanyaan yang tepat adalah bagaimana membuat anak berpikir kritis dulu, sebab jika ia sudah bisa berpikir kritis, maka ia akan mulai mempertanyakan hal-hal yang ia rasa tidak sesuai.

Zaman telah berubah. Keterbukaan sudah menjadi hal yang biasa seiring dengan berkembangnya teknoilogi informasi. Alhasil kini guru bukan satu-satunya sebagai sumber informasi belajar.

Dulu waktu saya kecil, era awal 90-an, cara mengajar guru di Indonesia itu termasuk sangat pasif. Guru lebih terlihat monolog, berceramah di depan anak-anak murid. Cara mengajarnya sangat kaku, dan guru tidak berusaha untuk merangsang anak-anak untuk aktif bertanya. Alhasil anak-anak menjadi takut untuk tunjuk tangan. Takut untuk bertanya, takut jika dia justru  merasa berbeda jika bertanya di depan kelas. Takut untuk diledek teman-temannya, takut untuk diperhatikan teman-temannya dan ketakutan lainnya. Parahnya lagi, guru tidak berusaha bagaimana memancing anak-anak untuk berani tunjuk tangan dan bertanya.

Kini, cara mengajar seorang guru sudah berbeda. Guru sudah seperti layaknya teman. Saya perhatikan di sekolah anak-anak saya, guru tidak lagi galak seperti dulu. Bahkan mereka sering bercanda dan anak-anak juga kritis mengajukan pertanyaan. Tak sedikit anak-anak yang berani ke depan kelas dan presentasi dari  makalah yang sedang dikerjakan. Lalu anak-anak akan saling diskusi hingga kelas menjadi terlihat riuh.  Pasalnya kini, informasi tidak hanya didapat dari si guru. Murid sudah bisa browsing di internet untuk mencari jawaban lain, lalu akan didiskusikan di kelas.

Seorang anak bisa kritis serta tunjuk tangan untuk bertanya tentu ada penyebabnya. Yup. Nutrisi dan edukasi.

Tapi tentu tidak semudah yang dibayangkan meski kini WiFi internet bisa diakses gratis di beberapa tempat. Tidak semua anak Indonesia mendapatkannya fasilitas ini mengingat wilayah pedalaman Indonesia masih sulit mendapatkan akses internet, juga terkait ekonomi serta pendidikan yang diterima sehingga mempengaruhi tumbuh kembang anak. 

Foto: Alia
Foto: Alia

Tunjuk Tangan untuk Generasi Maju Indonesia


Masih banyak yang bertanya apa maksudnya dengan gerakan tunjuk tangan? Tunjuk tangan di sini adalah bagaimana seorang anak bisa kritis dengan berani tunjuk tangan dan mengajukan pertanyaan. Untuk bisa tunjuk tangan tentu terpenuhi nutrisi anak, yakni pemenuhan gisi yang optimal sehingga dia memiliki rasa percaya diri dan mandiri dalam belajar yang dibentuk dari makanan yang dikonsumsinya. Serta edukasi yang baik. Jika seorang anak teredukasi, sekolah yang baik tentu dia memiliki rasa ingin tahu yang besar dan akan terus tunjuk tangan mengajukan pertanyaan. Perkembangan kognitif anak juga sejaln yaitu mengacu pada tahapan kemampuan si anak dalam memperoleh makna dan pengetahuan, dari pengalaman dan informasi yang ia peroleh. Singkat kata, perkembangan motorik ini berkaitan dengan proses mengingat, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun