Mohon tunggu...
Abdurachman Ali
Abdurachman Ali Mohon Tunggu... Insinyur - Hidup dengan penuh syukur

Writer-Traveller-Engineer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Kejujuran dan Optimisme di Hari Pahlawan

11 November 2014   00:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:08 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

10 November selalu diperingati sebagai hari Pahlawan. Pada hari ini 69 tahun yang lalu terjadi pertempuran besar-besaran di Surabaya antara nasionalis Indonesia melawan pasukan sekutu. Selain diperingati dengan upacara, ada baiknya hari ini juga kita isi dengan belajar kepada para pahlawan tersebut.

Korupsi yang merajalela dan pesimisme menjadi penyakit belakangan ini. Padahal para pahlawan telah memberikan tauladan kepada kita tentang kejujuran dan optimisme. Tanpa dua hal tersebut mustahil Indonesia akan menjadi bangsa yang merdeka.

Untuk belajar tentang kejujuran, sosok Mohammad Hatta adalah profil yang layak untuk dikaji lebih dalam. Sosok yang satu ini memang sangat identik dengan kejujuran. Tidak keliru jika namanya diabadikan dalam penghargaan anti korupsi dengan judul Bung Hatta Award.

Bung Hatta lebih memilih untuk hidup sederhana dan jauh dari bergelimangnya harta daripada menggadaikan kejujurannya. Padahal dengan posisinya sebagai wakil presiden, tentu kekayaan akan mudah untuk didapat. Salah satu cerita yang mengguhah dan terkenang hingga kini adalah cerita tentang sepatu Bally yang diidamkan oleh beliau. Pada tahun 1950-an Bally adalah merek sepatu terkenal dan harganya tentu saja tidak murah. Bung Hatta yang berniat membelinya menyimpan guntingan iklan yang berisi alamat penjual sepatu tersebut di lemarinya. Setelah itu dimulailah menabung untuk dapat membeli sepatu tersebut. Namun dikarenakan tabungannya selalu terambil untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan membantu orang yang datang membutuhkan pertolongan, Tabungannya tidak pernah mencukupi untuk membeli sepatu idamannya tersebut. Bahkan sampai akhir hayatnya, sepatu itu belum juga terbeli.

Bung Hatta juga mengajari kita tentang kejujuran terhadap hati nurani. Hal itu dapat dilihat saat Bung Hatta mulai tidak sepaham dengan Bung Karno yang dianggap terlalu dekat dengan komunis. Bung Hatta pun mengundurkan diri sebagai wakil presiden RI, jabatan yang diidamkan oleh banyak orang.

Selanjutnya marilah kita belajar tentang optimisme dari Haji Agus Salim. Tokoh pahlawan yang satu ini memang unik, jenius dan memiliki pendirian yang kuat. Dengan keenceran otaknya tentu mudah untuk dapat hidup lebih dari kecukupan. Namun beliau lebih memilih untuk hidup sederhana . Tanpa optimisme yang kuat mustahil hidup yang berat itu bisa dilalui, ditambah lagi dengan perjuangan melawan penjajah untuk memerdekakan bangsa ini.

Untuk melihat cara pandang Haji Agus Salim terhadap hidup ini, dapat disimak cerita yang dituturkan oleh Buya Hamka saat beliau bersilaturahmi ke rumah beliau. Saat itu ada yang meminta pendapat Haji Agus Salim tentang situasi krisis yang terjadi saat itu.

Dengan sangat optimis, Haji Agus Salim menjelaskan, bahwa kini kita dapat berbicara dengan leluasa dan bebas, tidak merasa takut sedikitpun menyatakan yang terasa di dalam hati. Kalau dulu tidak ada keamanan, kini keamanan sudah ada. Kita aman karena ada polisi yang menjaga sekeliling kota ini. Kita tidak mengenal polisi itu karena kita tidak memperhatikan mereka. Tapi mereka itu mengatur lalu lintas dengan sungguh-sungguh. Dalam panas terik mereka berdiri tegak, dalam hujan lebat mereka menjalankan tugas sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada mereka. Coba hitung, berapa gaji mereka, tapi mereka menjalankan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu moral masih ada.

Lebih lanjut, Haji Agus Salim mengatakan bahwa akhlak masih ada dan utuh. Jika kita melihat ada korupsi dan kecurangan pada kantor-kantor pemerintah, tapi kita juga melihat bahwa di sana masih lebih banyak yang tidak berbuat korupsi, yaitu para pegawai setia. Gaji mereka kecil, anaknya banyak tapi mukanya masih tetap dihiasi dengan senyum kepatuhan. Mereka masuk ke kantor dengan pakaian kemeja yang itu-itu juga. Karena kesetiaan dan akhlak mereka yang belum rusak, maka administrasi pemerintah Republik ini masih utuh dan dapat dilanjutkan. Beliau juga mengisahkan tentang kehidupan para sopir mobil para pejabat, yang hingga larut malam, memikul tugasnya, tentang istri-istri yang setia, anak-anak yang tekun belajar hingga larut malam. Beliau menutup dengan mengatakan Kalau sekiranya tidak ada orang yang ikhlas dalam perjuangan, tentu tidak akan tercapai kemerdekaan negara ini.

Haji Agus Salim mengajarkan bahwa, selalu ada harapan di situasi seberat apapun, fokuslah kepada harapan-harapan itu dibandingkan putus asa melihat kegelapan di sekitar yang semakin pekat.

Maraknya korupsi yang semakin menjadi tradisi di negeri ini memang membuat jujur kepada hati nurani semakin susah untuk dilakukan. Namun walaupun berat, jangan pernahlah kita melepasnya. Tengoklah Bung Hatta, walaupun hidup jauh harta dan kemewahan, namanya akan selalu dikenang dalam hati rakyat karena kejujurannya.

Jangan pula kita pesimis akan masa depan negeri ini. Contohlah Haji Agus Salim yang selalu melihat harapan di tengah kegelapan, dilanjutkan dengan terus berjuang untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.

Tanpa Kejujuran dan Optimisme mustahil bangsa Indonesia ini bisa merdeka dari tangan penjajah. Kemerdekaan dari tangan penjajah pun akhirnya berhasil diraih. Sekarang adalah tugas kita untuk mengisinya dengan berbagai macam kebaikan. Semoga semakin banyak orang berjiwa Pahlawan hadir di Negeri ini.

MERDEKA!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun