Mohon tunggu...
Abdurachman Ali
Abdurachman Ali Mohon Tunggu... Insinyur - Hidup dengan penuh syukur

Writer-Traveller-Engineer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kembalinya Mas Rudi

1 Mei 2020   07:26 Diperbarui: 1 Mei 2020   07:47 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Rudi saat memberikan kuliah pada tanggal 27 April 2020 | dokpri 

Pada tanggal 27 April yang lalu, Prof. Dr.-Ing. Ir. Rudi Rubiandini R.S., M.Eng. memberikan paparan dengan topik Harga Minyak Negatif: Apa, Mengapa dan Sampai Kapan? melalui media daring. Bagi saya yang menjadi murid beliau di kampus lebih dari satu dekade yang lalu, kemunculan Prof Rudi atau biasa kami panggil dengan dengan sapaan akrab Mas Rudi untuk memberi "kuliah", lebih menarik daripada topiknya itu sendiri. Saya yakin banyak murid beliau merasakan hal yang sama.

Mas Rudi memiliki gaya yang khas dalam memulai kuliahnya. Saat di kampus dulu, beliau selalu membuka kuliah dengan sesi pertanyaan. Ya, sesi pertanyaan, bukan pemaparan materi. Metode ini berhasil memaksa kami tenggelam dalam diktat teknik pemboran, mata kuliah Mas Rudi, yang terdiri dari beratus-ratus halaman sebelum kuliah dimulai. 

Adalah pemandangan yang umum jika mahasiswa Teknik Perminyakan yang sedang mengambil mata kuliah teknik pemboran pada suatu semester untuk terlihat membawa buku yang tebalnya hampir menyerupai bantal kemanapun dia pergi. Mengapa kami sangat terpacu untuk menguasai bahan sebelum kuliah dimulai? Karena jika tidak ada pertanyaan atau walaupun ada, tapi pertanyaannya kurang berkualitas, Mas Rudi akan memberikan kompensasi berupa naiknya tingkat kesulitan soal ujian.

Ada satu prinsip yang selalu disampaikan Mas Rudi di awal perkuliahan. Beliau mengatakan hanya mahasiswa yang sudah memenuhi standar yang dapat lulus, kalaupun hanya satu orang yang masuk standar, maka hanya satu orang itulah yang akan lulus. Beliau menamakan prinsip ini "Prinsip Shaolin." 

Selanjutnya, Mas Rudi menjelaskan mengapa beliau mengaplikasikan prinsip ini. "Di Shaolin, hanya murid yang memenuhi standar yang dapat lulus, kalaupun hanya ada satu murid atau tidak ada yang masuk standar, maka sebanyak itu pula yang lulus. Mengapa? karena ada tanggung jawab kepada masyarakat. Lebih baik meluluskan satu orang yang akan berguna di masyarakat daripada memberikan banyak lulusan yang tidak berguna karena belum memenuhi standar." 

Dengan prinsip ini ditambah dengan standar tinggi yang beliau tetapkan, tidak heran banyak mahasiswa mata kuliah teknik pemboran yang bertumbangan setiap semesternya. Kuliah teknik pemboran pun menjadi semacam ajang silaturahmi akademis antara mahasiswa senior dan junior.

Cara mengajar yang cukup keras dapat kita pahami dari cerita-cerita yang Mas Rudi sampaikan sebagai selingan kuliah tentang masa-masa beliau menempuh jenjang master dan doktoral di Jerman. Lewat cerita-cerita tersebut kami dapat memahami darimana standar tinggi dan prinsip shaolin itu berasal, dari cerita-cerita itu pula kami akhirnya mengerti visi beliau mendidik kami, untuk menjadi manusia yang kuat, tahan banting dan tidak cengeng dalam mengarungi kerasnya hidup yang akan dihadapi selepas kuliah.

Walaupun menetapkan standar tinggi dan tanpa kompromi di ruang kuliah, Mas Rudi adalah sosok yang baik dan dekat dengan mahasiswanya. Salah satu momen yang selalu diingat adalah satu saat dimana kelas kuliah yang diadakan berbarengan dengan ulang tahun beliau.

Pagi itu, di ruang kuliah, Mas Rudi mengajar sambil sesekali diselingi mengetik sesuatu pada handphonenya. Setelah beberapa kali mengetik, beliau berkata "Mohon maaf ya saya sambil balas-balas SMS, karena hari ini banyak yang mengucapkan selamat ulangtahun ke saya".

Serentak tanpa dikomando, kami pun langsung menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada beliau. Suasana kelas yang diisi sekitar seratus orang saat itupun langsung berbalik seratus delapan puluh derajat, dari sebelumnya hening dan serius menjadi riuh dan ramai oleh ucapan selamat. Selesai bernyanyi, ada beberapa mahasiswa yang nyeletuk "makan...makan mas!". Kontan saja satu kelas langsung tertawa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun