Mohon tunggu...
ali imran
ali imran Mohon Tunggu...

saya Ali Imran, mahasiswa STAIN Sorong ingin belajar menjadi seorang penulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tradisidan Sikap Keagamaan Budaya Papua Barat

27 Desember 2013   05:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:27 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi dan sikap keagamaan budaya papua barat

Tradisi yaitu suatu hal yang tidak bisa di ubah, maksudnya ialah adat kebiasaan yang sudah tertanam di masing-masing kelompok masyarakat sehingga tidak mudah untuk mengubahnya. Dengan demikian kami akan membahas mengnai sikap tradisi dan sikap keagamaan serta kebudayaan Papua.

Sebelum kita membahas terlebih lanjut lagi, maka kami akan merincikan bagaimana budaya papua itu sendiri.

Papua adalah wilayah Indonesia timur yang kaya akan semua sumber daya alamnya, di antaranya yaitu hasil bumi, hasil hutan dan lain-lain. tetapi selain kekayaan sumber daya alamnya maka Papua juga mempunyai berbagai suku adat dan kebudayaan dari berbagai masing-masing suku adat, selain itu juga Papua adalah wilayah daerah yang paling optimis dan sangat sensitive terhadap adat istiadat dan kebudayaan yang menurut mereka pembawa kemulyaan, maka dari itu wilayah daerah Papua sengatlah banyak di temui tentang adat istiadat dan kebudayaan Papua. Selain itu juga Sistem kebudayaan papua di masa lampau masih sering kita jumpai di daerah-daerah terpencil, contohnya upacara adat perkawinan, pembayaran mas kawin dari pihak laki-laki dan lain sebagainya. Sebenarnya kebudayaan papua sangatlah luas, karena di akibatkan pulau-pulaunya sangat banyak sehingga di lakukan penelitian tentang kebudayaan, kesenian, serta tradisi yang nantinya di jadikan sebagai sumber inspirasi anak-anak papua di masa yang akan datang.

Di tinjau dari sistem sosial, pada umumnya masyarakat papua sangat menjunjung tinggi hidup bersosial, di karenakan nenek moyang mereka dahulu selalu hidup bersosial, bahkan hingga sekarang masyarakatnyapun demikian. Contohnya yang sering muncul di khalayak yaitu di dalam acara keagamaan biasanya antara agama Islam dan Kristen mereka mengerjakan secara bersama-sama, dan tidak membedakan antara agama islam dan NAS. Sehingga sistem sosial ini sangat erat di dalam kaitannya terhadap masyarakat papua sendiri.

Pada jaman nenek moyang agama islam terlebih dahulu masuk ke tanah papua, tetapi di karenakan pembunuhan di mana-mana Terpaksa mereka mengikuti ajaran agama NAS, tetapi para pemuka islam perlahan masuk untuk menyebar luaskan agam islam di tanah papua khususnya di daerah pesisir pantai.

Kurang lebih abat ke 16 yaitu di daerah Kokoda Kec.Inawatan, Kab Sorong Selatan yang di prakarsai oleh sultan Kapitan dari Tidore, Ternate, dan Seram di antaranya:

üSultan Kaja—Ternate

üSultan Badarudin—Tidore dan

üImam Soleman dari seram asal kampungnya Gorong

Dari ketiga pemuka islam ini masuk ke daerah Kokoda tidak segampang membalikkan telapak tangan, sebagai nenek moyang kami sampai saat ini mewariskan agam islam kepada anak cucunya, mereka menerima agama islam dengan senang hati karena di saat itu sultan berbahasa Indonesia ada di antara mereka yang memahami bahasa indonesia. Sehingga dapat menyampaikan kepada yang lain bahwa agama inilah yang akan di terima oleh Tuhan di hari kemudian.

Di dalam proses penyampaian agama islam oleh sultan, selalu di awali oleh kesenian Tifa dan semacam terompet dari kerang yang di tiup oleh seorang pemuka agama pada saat itu yang bernama raja Tagate dan Tanobe. Karena pada saat itu pembunuhan dimana-mana hingga menyebabkan korban berjatuhan. Sehingga sebelum sultan masuk di suatu kampung di haruskan meniup suatu trompet dan di ikuti kesenian tradisional Tifa. Bahkan sekarang bisa kita jumpai dimana-manatiap kesenian papua, tifa tak pernah tersingkirkan dan selalu di pergunakan. Yang menyebabkan alat ini berfungsi sampai sekarang, karena pada jaman nenek moyang kami dipergunakan untuk mengamankan perlawanan antara musuh yang satu dengan yang lain.

Selain yang sudah tertulis di atas, maka ada tradisi nenek moyang yang masih di miliki oleh suku Kokoda tersebut yang masih mengeterkaitkan antara budaya mereka dengan budaya islam, yaitudi antaranya adalah melakukan ritual mandi safar dan bacaan pantun-pantun pada bulan puasa, dan juga hal ini di lakukan pada saat malam hari dari awal bulan puasa dan sampai akhir bulan puasa hingga di lakukan silaturahmi antara oranf islam dan NAS. Dalam proses ritual mandi safar ini serta bacaan pantun-patun para suku asli Kokoda Papua melakukannya bukan hanya dengan bercorak kebudayaan islam saja, tetapi juga bercorak kebudayaan asli Kokoda Papua. Corak kebudayaan asli Kokoda Papua ini seperti penampilan tambur atau tifa yang terbuat dari kayu yang sudah berlubang bagian tengahnya dan di pasang kulit hewan. Bahkan sekarang bisa kita jumpai dimana-mana tiap kesenian papua, tifa tak pernah tersingkirkan dan selalu di pergunakan. Yang menyebabkan alat ini berfungsi sampai sekarang, karena pada jaman nenek moyang mereka dipergunakan untuk mengamankan perlawanan antara musuh yang satu dengan yang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun