Mohon tunggu...
Ali Khasan Al Farishi
Ali Khasan Al Farishi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa aktif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Intan di Kubangan

6 Desember 2020   10:43 Diperbarui: 6 Desember 2020   10:52 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah perkampungan miskin dan kumuh, tinggallah seorang anak perempuan bersama ibunya. Ia sekarang berumur 12 tahun. Ayahnya sudah meninggal 6 tahun yang lalu. Dulu, ayahnya bekerja sebagai pemulung barang-barang yang sudah masuk tempat penampungan akhir. Ayahnya meninggal karena tertabrak kereta api saat sedang menyebrang rel kereta tak berpalang pintu. Ibunya Intan sekarang hanya bekerja sebagai buruh cuci pakaian seorang pejabat di kampong sebelah. Karena gajinya tak seberapa, maka dari itu saat pulang dari pekerjaan utamanya, ibunya Intan memilih unntuk memulung sampah.

Intan sekarang duduk di bangku Sekolah Dasar kelas enam. Ia adalah siswa yang rajin, sayangnya kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mendukungnya untuk lebih bersemangat dalam belajar. Sepulangnya dari sekolah, Intan selalu membantu orang tuanya memulung sampah. Tidak seperti siswa pada umumnya, Intan tidak pernah memakai pakaian sekolah yang pantas. Ia memakai baju yang sudah kusam tidak digosok, tas yang sudah berlubang atas bawah, dan sepatu yang sudah memperlihatkan jempol kaki kanannya. Karena keterbatasan ekonominya tersebut, Intan selalu di ejek oleh teman-temannya.tetapi Intan tidak pernah membalas ejekan tersebut dengan ejekan, tetapi hanya dengan senyuman berlubang dipipinya.

Menjelang Ujian Nasional, biasanya sekolah memberi tagihan kepada siswa. Pada saat itu pihak sekolah memberi tagihan kepada Intan, tagihan tersebut sebesar Rp. 1.500.000,00-, dan pihak sekolah memberi kesempatan pelunasan selama dua minggu.  Betapa kagetnya Intan. Dalam pikirannya, "Darimana aku mendapatkan uang sebesar ini dalam waktu sesingkat ini, sedangkan ibuku hanya seorang buruh cuci dan aku hanya memulung". Sepulangnya dari sekolah, kebetulan ibunya sudah pulang dari pekerjaannya. Intan langsung memberi tahu ibunya tentang tagihan yang harus dilunasi dalam waktu satu minggu. Setelah ibunya tahu, ibunya berkata kepada intan, "Kamu tidak usah memikirkan hal ini, ibu akan carikan uang itu".

Sore harinya, intan sangat bersemangat untuk memulung demi membntu ibunya membayar uang tagihan sekolahnya. Setiap sore hari ia lakukan kegiatan tersebut. Tak hanya sibuk bekerja mencari uang tersebut, saat malam intan belajar sampai larut malam demi mendapat nilai yang bagus agar tidak mengecewakan ibunya.

Setelah dua minggu, ternyata uangnya belum mencukupi. Intan segera mememui pihak sekolah agar dapat memberi kelonggaran waktu, tetapi pihaksekolah tidak memberi keriganan. Lalu ia masuk kelas dengan wajah sedih dan pipinya basah terkena air matanya. Saat didalam kelas, sedihnya semakin bertambah karena teman sekelasnya  mengejeknya seperti ini, "anak orang miskin seperti kamu tidak akan bias sekolah, itu hanya bagaikan mimpi seeeorang keledai yang bermimpi bias memanjat pohon kelapa". Setelah itu, ia menenteng tasnya dan lari pulang sebelum waktunya pulang, dan teman-temannya semakin menertawakannya.

Saat perjalanan pulang, ia pipinya tidak pernah kering dari air mata. Dalam hatiya berkata, "Sia-sia saja aku belajar sampai larut malam, tetapi saya tidak bisa lulus sekolah". Ia selalu menundukkan kepalanya saat pulang. Tak disangka karena kesedihannya itu, ia melihat sebuah tas hitam besar tergeletak di pinggir jalan. Ia menghampiri tas tersebut sambil berbicara sendiri, "Tas siapa ini ya, tas sebesar ini kok dibuang di pinggir jalan". Lalu ia buka ta situ untuk mencari identitas pemilik tas tersebut. betapa terkejutnya ia saat melihat isi ta situ penuh dengan uang pecahan seratus ribu rupiah. Lalu ia menemukan ktp seseorang yang alamatnya berada di desa sukodono RT. 5. Lalu ia berniat mengembalikan tas tersebut kepada pemiliknya.

Sesampainya di rumah pemilik tas tersebut, ia terkejut melihat ibunya berada di rumah tersebut. lalu ia bertanya kepada ibunya, "Ibu kenapa disini? Ibu kerja disini?". Ternyata ibunya Intan bekerja kepada orang yang sama dengan orang pemilik tasyang ditemukan Intan. Lalu ia mengatakan kepada ibunya bahwa ia menemukan tas yang berisi uang dan pemiliknya adalah majikan ibunya. Lalu ibunya Intan mengantar intan kepada majikannya.

Majikan ibunya intan kaget bukan kepalang, tas yang sudah dicarinya selama tiga hari, ternyata ditemukan oleh seorang anak kecil, dan anak tersebut adalah anak pembantunya. Lalu majikan ibunya intan berkata kepada intan, "kamu menemukan tas ini dimana nak? Bapak akan memberimu imbalan atas kejujuranmu ini nak". Intan sangat bersyukur karena bias membantu orang dan menjadi orang yang jujur. Akhirnya Intan diberi imbalan oleh majikan ibunya uang sebesar satu juta. Uang itu pas untuk membayar kekurangan tagihan sekolah intan. Intan sangat berterima kasih kepada bapak tersebut dan langsung sujud syukur bersama ibunya di kaki bapak tersebut.

Setelah itu intan langsung lari menuju sekolah untuk membayar tagihan sekolahnya. Teman-teman sekelas Intan kaget bagai tersambar petir, dan salah satunya berkata, "darimana anak miskin itu mendapat uang sebesar itu". Lalu intan sudah mendapatkan nomor ujian setelah melunasi tagihannya tersebut. seminggu setelah pelunasan tagihan. Tibalah hari yang sangat ditunggu-tunggu Intan, yaitu hari saat dilaksanakaannya ujian nasional. Dalam hati intan, ia percaya bahwa ia akan meraih hasil yang memuaskan karena ia telah berusaha semampu dirinya. Saat ujian berlangsung ia sangat tenang saat mengerjakan. Hal tersebut dikarenakan semua yang ada di soal sudah berada dalam kepala intan.

Sebulan setelah ujian nasional, saatnya pengumuman kelulusan dan pengumuman nilai. Intan tak merasa takut jika nilainya jelek, karena ia sudah berdoa dan berusaha semaksimal mungkin. Sesampainya di sekolah, teman-teman Intan sudah berkerumun didepan madding dan melihat pengumuman kelulusan. Melihat hal tersebut, Intan langsung bergegas lari menuju madding sekolahan yang tertempel didepan ruang guru. Saat melihat hasinya, betapa terkejutnya Intan, ia mendapat nilai tertinggi dari semua siswa, bahkan ia mendapat predikat nilai terbaik kedua se-kabupaten. Teman-teman Intan merasa sangat malu karena mereka pernah mengejek Intan.

Setelah itu, datanglah kepala sekolah datang memberi ucapan selamat kepada siswa yang telah lulus ujian nasional. Tidak hanya itu saja, bapak kepala sekolah memberi pengumuman bahwa, yang mendapat rangking 10 besar se-kabupaten akan mendapatkan beasiswa melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya di SMP Negeri favorit di kabupaten tersebut. Tak disangka, seorang anak yang selalu mendapat ejekan dari teman-temannya, bias mendapatkan beasiswa di SMP favorit. Hal itu dikarenakan buah dari kegigihan seorang anak yatim miskin yang tidak pernah menyerah.

Oleh : Ali Khasan Al Farishi 2008066019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun