Mohon tunggu...
Hafid Algristian
Hafid Algristian Mohon Tunggu... Dokter - Psikiater. Temen ngobrol.

Psikiater, Urban Mental Health. Temen curhat plus ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Benarkah Masyarakat Kota Lebih Rentan Depresi?

7 April 2017   08:03 Diperbarui: 8 April 2017   02:30 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Meskipun sebatas gejala dan belum menjadi sebuah diagnosis klinis, keadaan ini cukup membuat kualitas pekerjaan seseorang menurun. Orang salah menilai, perasaan kosong itu dapat diatasi dengan menyibukkan diri. Agar tidak mikir yang aneh-aneh, katanya. Sebaliknya, mereka mudah mengalami kelelahan fisik dan mental yang berujung pada depresi.

Kondisi Mbak Ani sangat khas mewakili fenomena masyarakat perkotaan saat ini. Di antara kemudahan akses terhadap berbagai jenis fasilitas hiburan, ternyata tidak betul-betul mampu mengatasi gejala depresi terselubung yang diderita oleh sebagian besar masyarakat kota.

Pengaruh Akses Layanan Kesehatan

Pada masyarakat desa, depresi muncul sebagai penyulit (komplikasi) pada kelompok masyarakat yang menderita penyakit kronis atau mengalami disabilitas. Penyakit kronis misalnya kencing manis dan hipertensi, sedangkan masalah disabilitas misalnya lanjut usia, pasca stroke, atau cacat fisik.

Kedua kelompok ini membutuhkan kunjungan berkala ke suatu layanan kesehatan. Mereka tidak mampu mengakses fasilitas tersebut karena terlampau jauh atau medan tempuh yang berat.

Keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan juga dialami masyarakat kota. Meskipun anggaran kesehatan lebih tinggi dibanding desa, masalah terbesar layanan kesehatan di perkotaan adalah antrian yang terlampau crowded.

Kualitas layanan menurun karena terburu-buru, sehingga menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada pasien dan keluarganya. Akibatnya, hanya masalah fisik saja yang ditangani, sementara kebutuhan psikisnya terabaikan.

Fakta ini menunjukkan betapa besarnya kebutuhan akan akses layanan kesehatan yang baik bagi masyarakat desa maupun kota. Dengan memperbaiki kualitas layanan kesehatan, diharapkan gejala depresi dapat ditekan.

Dokter di layanan primer bersama-sama dengan perangkat atau kader desa mengindentifikasi depresi terselubung yang dapat dialami siapapun, terutama pasien dengan penyakit kronis dan disabilitas berat. Juga menjalin kerjasama dengan psikiater terdekat untuk penanganan lebih lanjut.

Let’s Talk!

Menemukan gejala depresi lebih dini, baik oleh dokter maupun kerabat dekat, dapat meningkatkan peluang untuk mengobati depresi lebih cepat, termasuk mencegah bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun