Mohon tunggu...
Analgin Ginting
Analgin Ginting Mohon Tunggu... Human Resources - Penulis dan Motivator Level 5

Peduli, Memberi dan Berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Angin Sang Pembunuh

4 April 2018   09:53 Diperbarui: 4 April 2018   10:16 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sang Pembunuh itu adalah Angin. Maka dia bergerak ya seperti angin,  bebas kemana saja tanpa apapun yang bisa menghalangi.  Tidak ada  siapapun juga yang mampu berhadapan untuk menunda ayunan pedangnya;  entah polisi, entah tentara, entah satpol pp,  entah ahli hukum tata  negara, semua dilewatinya bahkan dari celah celah rambut mereka.

Angin itu akan memasuki satu persatu rumah yang berderet deret yang megah atau menengah atau sederhana untuk  segera mencari anak  sulung.   Dan dalam hitungan sepersekian detik si anak sulung itu  segera dilibas oleh pedang supermagi,   pedang yang  hanya dapat   dipegang oleh  Angin sang pembunuh tadi.

Rumah demi rumah dia masuki, tanpa ada satu pun yang terlewat dan semua  anak sulung, pasti ada anak sulung bukan, akan dia hajar habis,  meninggalkan duka yang sangat mendalam bagi pemiliki rumah.  Adakah  belas kasihan dalam diri Angin yang sangat cepat begerak menunaikan  tugas dari Sang Pencipta Angin itu?

Angin itu jelas punya  kecerdasan. Sebab ada juga rumah yang sengaja dia elakkan tidak mau  masuk ke dalamnya untuk mencari anak sulung pemilik rumah.  Setiap rumah  yang diatas pintu masuk nya ada olesan darah domba, dia sengaja  hindari.  Aroma segar dari darah domba yang dioleskan itu membuat si  Angin merasa sudah cukup dan sudah selesai melibaskan pedang magic  saktinya.  Selamat lah semua rumah yang ditas palang pintunya ada darah  anak domba yang harum menenangkan. 

Saat ini, di abad milleniun  ini Sang Angin itu tetap ada, tapi dalam kesetiaan tangguh dia menunggu  perintah kapan harus melibaskan pedangnya. Dia hanya mengamati, mencatat  dan menyimpan catatannya dalam super komputer paling hebat  itu .     Komputer yang sanggup menyimpan data prilaku dan karakter semua manusai  yang ada saat ini, semua manusia yang sudah meninggalkan kehidupan ini,  dan semua manusia yang akan datang kemudian. Hebat banget itu komputer  ya...

Si Angin itu juga melihat ada  olesan  darah anak domba  dalam sebagian  diri manusia yang dia temui.  BUkan olesan  darah anak  domba yang dibuat diatas palang pintu rumah tinggal mereka.  Tapi olesan   Darah Anak Domba Agung yang ada di hati dan sekujur tubuh dan aliran  darah manusia sekarang yag dia temui. 

Dalam hal ini sudah tidak  ada bedanya anak sulung atau anak bukan sulung semua akan dicatat.   Siapa yang punya olesan  Darah Anak Domba Agung, siapa yang bukan.  Mari  pastikan apakah Anda punya olesan Darah Anak Domba Agung itu atau  tidak.... Bersyukur lah kalau sudah punya. Selamat Paskah kawan kawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun