Mohon tunggu...
Moh Ghozali
Moh Ghozali Mohon Tunggu... Ilmuwan - Bosan jadi manusia

Pengangguran adalah pekerjaan mulia

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Tipologi Kirikisasi

29 Mei 2019   05:45 Diperbarui: 29 Mei 2019   06:39 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG


Kita terlahir di zaman menjelang abad milenia dimana tatanan kehidupan begitu teratur dan terukur, dalam keadaan ini setiap individual telah diberi hak dan wewenangnya masing-masing begitu pun dengan kelompok, koridor lain mengatakan kita yang terlahir ke dunia ini memanglah sudah dikatakan sebagai pemenang (dalam artian telah berhasil membuahi dari jutaan sel sperma ), namun apakah pantas semua hal yang ada di sekitar kita harus di menangkan, dengan melakukan cara apapun agar bisa mencapai tujuan.

.Zaman now yang kita kenali, segalanya serba mudah (instan) dalam hal apapun, telah membutakan sebuah keprosesan, hingga sebuah alat  teknologi canggih telah melekat pada diri seseorang, seolah bagian dari kita menjadi otak dari jalanya kehidupan ini. Sekali klik saja semua yang di inginkan begitu mudah di akses dan di dapat.
.

Berbicara tentang keindonesiaan, memang sudah terlalu banyak kajian bahkan segala-galanya mengidentifikasi sebagai yang ter-, ter-, dan ter-. Indonesia sendiri di peroleh bukan seperti apa yang pada zaman now ini, mulai dari fase ke fase baik pergerakan, perjuangan bahkan pengorbanan orang-orang terdahulu untuk memperjuangkan dan mempertahankan bumi Pertiwi ini. 

Kesengsaraan, penindasan, penistaan terhenti sejenak saat dimana perwakilan rakyat telah memproklamirkan kemerdekaannya (proklamasi), kemerdekaan pun telah menjadi kata pemersatu untuk seluruh rakyat Indonesia.

Akan tetapi belum 100 persen merdeka, karena setelah itu masih terus bertentangan antara masing-masing ideologi, seperti kalimat yang ada dalam  UUD 1945  yang hanya menghantarkan kedepan pintu kemerdekaannya, yang tidak sampai masuk ataupun benar-benar merdeka semuanya, dan masih banyak lagi problematika setelah proklamasi di kumandangkan, entah dari internal maupun eksternalnya, memuat kejadian-kejadian konflik seperti agresi militer ll, pertikaian dengan NII, tragedi 65 dan masalah lainya yang mengancam kenegaraan, apalagi dengan berlandaskan Demokrasi yang masih absurd ataupun utopis.

 Semakin hari semakin susah saja menjadi manusia yang manusia, sepertinya menjadi manusia adalah manusia buat manusia, lirik lagu Iksan skuter, telah menggambarkan keadaan model rakyat Indonesia, memang benar mungkin lebih baik tidak tahu dari pada tahu hanya diam saja, namun bagi yang tahu juga lebih memilih pura-pura tidak tahu, hanya cari aman.

Setelah berjalannya masa pencarian pengetahuan dan pengalaman kenyataan keadaan masyarakat sekarang, penulis menyimpulkan hipotesa realitas sosial melalui uraian yang dinamai tipologi kirikisasi, dalam arti struktur masyarakat dapat di bagi dalam 3 kelompok, yakni; 1. cuek dalam kemunafikan, diisi oleh orang-orang awam, atau masyarakat yang dibawah rata-rata pendidikan maupun ekonomi, dan ketidaktahuannya tentang perpolitikan hanya apatis saja, 2. setuju dalam kemunafikan, diisi oleh orang-orang yang diatas rata-rata pendidikan maupun ekonomi, juga ikut serta dalam menjalankan perpolitikan dengan retorika permainan yang ada di dalamnya 3. melawan dalam kemunafikan, diisi oleh orang-orang siapa saja yang memahami pergolakan permainan politik, hanya mengkritik  lewat tulisan di media saja, yang masih Bingung untuk melawan langsung, karena tidak mempunyai kekuasaan.

Dari ketiga ini adalah realitas sosial masyarakat sekarang, sadari atau tidak itulah yang ada, termasuk nomer manakah anda? , percuma ada cinta kalau hanya tuk bertengkar terus, saling menghujat satu sama lain, saling berlomba dalam kemunafikan, yang bagian ke 1 selalu menyalahkan ke 2, yang ke 2 menyalahkan ke 1, yang ke 3 juga masih hanya sering menyalahkan yang ke 1 dan 2, dan kesenjangan sosial telah terjadi terus-menerus, tak ada akhirnya sampai kapanpun, dan ketika melawan semua ini yang ada hanya teraliansi. tidak adanya kelompok yang di tengahnya untuk menjembatani kesenjangan ini, agar bisa mengestafetkan hak-hak dan kebutuhan,

Problematika seperti ini mau kita pertahankan sampai kapan? Apakah hanya kita tonton saja? Huffttt
 Salam ahli munafik #kirikisasidalamhidup


#masihbelajarmelukisangin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun