Mohon tunggu...
Lana Ancala
Lana Ancala Mohon Tunggu... Freelancer - Berjalan | Bercerita | Berbagi

Seorang pembual yang gemar menyulap derita menjadi cerita. Tadinya sih mau jadi playboy, tapi ternyata masih kurang ganteng dan tajir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Usai Bersama Fajar

13 Desember 2019   07:55 Diperbarui: 13 Desember 2019   14:30 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sinar mentari masih asyik bersembunyi di balik bumi. Menyinari sebagian kulit bumi di bagian sana. Hanya semburat fajar yang mulai berpendar. Sinar emas yang benar-benar membuai.

Pagi ini aku masih menikmati secangkir kopi hangat yang terasa nikmat. Apalagi ditemani sosok tampan di sebelahku. Kopi, sinar fajar, dan dia, adalah kombinasi paling sempurna di dunia ini.

"Ariny, lihatlah sinar fajar itu." Arya, pria teristimewa di hidupku menginterupsiku.

"Ada apa?"

"Lihatlah," perintahnya tak ingin dibantah. Langsung saja kutatap fajar itu, lalu dia melanjutkan ucapannya, "Fajar itu indah. Muncul di penghujung gelap. Dia juga enggak serakah. Kalau udah waktu siang, dia mempersilakan mentari untuk menyinari hari-hari kita."

Aku hanya tersenyum simpul. Fajar memang indah, dan dia adalah sinar yang entah kenapa paling kusuka. "Tapi Rin, apa bedanya fajar sama senja? Bukankah senja juga akan mengalah pada rembulan jika malam tiba?"

Arya justru balik tersenyum, seolah telah memiliki jawaban yang tak bisa ditentang. "Bagiku, fajar adalah pertanda kebaikan. Sinarnya yang akan membawa kita menuju kecerahan. Itulah yang membuatku lebih menyukainya."

"Begitukah?"

"Ya. Fajar juga adalah sesuatu yang perlu usaha untuk dinikmati. Seperti dirimu."

"Menikmatiku maksudmu?"

"Bukankah sayang jika parasmu dibiarkan saja? Tapi Rin, bukan dengan begitu artinya aku mencintaimu karena parasmu yang kelewat elok itu, bukan. Aku tulus. Dan kebersamaan ini, kurasa sangat sulit untuk dinikmati."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun